WahanaNews.co | China diklaim tengah menjalankan proyek gila mengembangkan jet tempur generasi terbaru yang bisa melawan jet milik Amerika Serikat.
Ambisi China ini pun disebut-sebut bisa bikin AS tambah waswas disaingi Beijing dalam modernisasi alat utama sistem pertahanan, seperti dikutip dari Asia Times.
Baca Juga:
Hubungan Politik dan Ekonomi Indonesia-China
Jet tempur generasi keenam itu disebut bakal memiliki teknologi canggih dan baru seperti desain modular, mesin pintar, piranti lunak kecerdasan buatan, virtual dan augmented reality, kumpulan drone, serta opsi antara pesawat awak atau nirawak.
Mengutip The Drive, Panglima Komando Tempur Udara AS Jenderal Mark D Kelly menilai jet tempur itu dibuat sebagai tanggapan atas program Next Generation Air Dominance (NGAD) Angkatan Udara AS.
Kelly berpendapat China hendak membuat jet dengan keseluruhan sistem terintegrasi yang sama seperti yang tengah dikembangkan AS.
Baca Juga:
CIA Datangi Prabowo di AS, Ada Apa di Balik Pertemuan Misterius dengan Presiden Indonesia?
NGAD sendiri merupakan jet tempur yang lebih dari sekadar pesawat tempur berawak generasi keenam. NGAD dikembangkan untuk memasukkan drone kolaboratif agar mampu bekerja bersama pesawat berawak ditambah dengan senjata baru, sensor, serta arsitektur komunikasi.
Kepada The War Zone, Kelly meyakini bahwa China merancang kekuatan udara generasi keenamnya dengan melakukan "pengurangan signature secara eksponensial dan percepatan eksponensial terhadap kekuatan proses dan penginderaan".
Kelly juga mengatakan jet tempur itu diduga bakal memiliki kemampuan iterasi atau mengulangi penyempurnaan yang dibantu dengan sistem misi terbuka.
Pengalaman China dalam mengembangkan pendekatan berulang yaitu pada jet tempur seri Flanker buatan Soviet yang dikerjakan ulang dinilai mampu menempatkan jet China setara dengan NGAD.
Bahkan, kata Kelly, itu bisa jadi awal yang baik sehingga AS harus berlomba agar tetap unggul.
"[China] sedang membangun angkatan udara kelas satu," kata Kelly.
"Kita harus sampai di sana sebelum mereka [China] melakukannya. Itu tidak akan berakhir dengan baik bila kita tidak segera bertindak," ucapnya lagi.[zbr]