WahanaNews.co | Suhu air laut yang meningkat memicu mencairnya es di Greenland, bahkan menimbulkan kekacauan cuaca di seluruh dunia.
Semenjak tahun lalu, laut semakin hangat dibandingkan tahun sebelumnya, meningkatkan pola cuaca yang sudah ekstrem di seluruh dunia. Hal tersebut disampaikan dalam laporan yang diterbitkan melalui jurnal Advances in Atmospheric Sciences.
Baca Juga:
BMKG: Hujan Petir Mengancam, Sebagian Besar Indonesia Siap-siap Basah!
Ribuan pengukuran suhu laut terus dianalisis oleh dua puluh tiga ilmuwan internasional. Sewaktu kelompok ini pertama kali menerbitkan temuan mereka, yaitu tepatnya sejak tahun 2018, mereka mendapati bahwa suhu laut meningkat setiap tahun.
Dilansir melalui Daily Mail, temuan tersebut merupakan hasil analisis data Denmark dari satelit Gravity Recovery and Climate Experiment (GRACE) yang dikumpulkan dari April 2002 hingga Agustus 2021.
Para peneliti pun mengungkapkan bahwa “Data menunjukkan sebagian besar es hilang di sepanjang tepi lapisan es, Pengamatan independen juga menunjukkan bahwa es semakin tipis dan ada tingkat pencairan yang lebih tinggi daripada permukaan es.”
Baca Juga:
Siklon Tropis Yinxing Terpantau Dekati Indonesia, Ini Wilayah yang Terancam Cuaca Ekstrem
Suhu air laut yang meningkat menyebabkan mencairnya es di Greenland, hingga bahkan menimbulkan kekacauan cuaca di seluruh dunia.
Semenjak tahun lalu, laut semakin hangat dibandingkan tahun sebelumnya, meningkatkan pola cuaca yang sudah ekstrem di seluruh dunia. Hal tersebut disampaikan dalam laporan yang diterbitkan melalui jurnal Advances in Atmospheric Sciences.
Ribuan pengukuran suhu laut terus dianalisis oleh dua puluh tiga ilmuwan internasional. Sewaktu kelompok ini pertama kali menerbitkan temuan mereka, yaitu tepatnya sejak tahun 2018, mereka mendapati bahwa suhu laut meningkat setiap tahun.
Dilansir melalui Daily Mail, temuan tersebut merupakan hasil analisis data Denmark dari satelit Gravity Recovery and Climate Experiment (GRACE) yang dikumpulkan dari April 2002 hingga Agustus 2021.
Para peneliti pun mengungkapkan bahwa “Data menunjukkan sebagian besar es hilang di sepanjang tepi lapisan es, Pengamatan independen juga menunjukkan bahwa es semakin tipis dan ada tingkat pencairan yang lebih tinggi daripada permukaan es,”
Para peneliti dari Badan Antariksa dan Penerbangan Nasional (NASA) pun mengatakan bahwa hilangnya es di sepanjang pantai Greenland Barat yang parah disebabkan oleh pemanasan air di bawah permukaan, yang mempercepat pencairan gletser.
“Hilangnya lapisan es Greenland dan Antartika merupakan salah satu penyebab utama kenaikan muka air laut akibat perubahan iklim,” ucapnya.
Tak hanya itu, pada tahun 2021, para peneliti pun juga mendapati bahwa sebagian wilayah Samudra Atlantik, India dan bagian utara Samudra Pasifik menghangat lebih cepat karena pola dan arus angin.
“Pergerakan air di lautan dunia mendistribusikan panas dengan cara yang tidak seragam, sehingga beberapa daerah mendapatkan lebih banyak panas dan yang lainnya lebih sedikit, yang berarti beberapa daerah tertentu di laut menjadi hangat lebih cepat daripada yang lainnya,” jelas John Abraham, seorang penulis penelitian tersebut sekaligus ilmuwan iklim di University of St. Thomas di Minnesota.
Kepada VOA, Abraham pun menambahkan bahwa meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca dari aktivitas manusia membuat lautan terlalu panas
" Tahun lalu, laut menyerap panas yang setara dengan tujuh bom Hiroshima yang diledakkan di laut setiap detik setiap hari, 365 hari setiap tahun,” jelasnya. [rin]