"Meskipun lebih banyak wilayah terindikasi memasuki awal musim kemarau pada akhir bulan Mei akibat Monsun Australia yang diprakirakan menguat, hujan dengan intensitas lebat hingga sangat lebat masih berpotensi terjadi akibat aktivitas MJO dan gelombang atmosfer tersebut," ujar BMKG.
Tanda akhir transisi musim
Baca Juga:
BMKG Peringatkan Potensi Cuaca Ekstrem Sepekan
Sementara itu, Peneliti di Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Eddy Hermawan pada tahun lalu sempat menjelaskan fenomena panas terik saat siang hari dan hujan turun saat malam atau pun dini hari disebut merupakan tanda-tanda akhir transisi musim hujan ke musim kemarau.
"Jadi semakin terik suhu umumnya diikuti hujan di malam hari, walaupun sifat hujannya tidak sebesar pada umumnya saat musim penghujan. Ini adalah indikasi yang biasa terjadi akhir musim transisi pertama," kata Eddy.
BMKG mengungkap awal musim kemarau tahun ini terjadi secara bertahap mulai April hingga Juni 2025. Wilayah yang memasuki musim kemarau pada April meliputi Lampung bagian timur, pesisir utara Jawa bagian barat, pesisir Jawa Timur, sebagian Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Baca Juga:
BMKG: Siklon Tropis dan Area Konvergensi Picu Cuaca Ekstrem hingga 1 Mei
Kemudian, wilayah yang diperkirakan mengawali musim kemarau pada Mei adalah sebagian kecil Sumatera, sebagian besar Jawa Tengah hingga Jawa Timur, sebagian Kalimantan Selatan, Bali, serta Papua bagian selatan.
Selanjutnya, pada bulan Juni, musim kemarau diprediksi akan meluas ke sebagian besar Sumatera, sebagian besar Jawa bagian barat, Kalimantan bagian selatan, dan sebagian kecil wilayah Sulawesi dan Papua.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan awal musim kemarau di sebagian besar wilayah ini diprediksi cenderung normal. Meskipun demikian, terdapat beberapa wilayah yang mengalami keterlambatan dari waktu awal musim kemarau normalnya.