WahanaNews.co | Kepala Badan Nasional Penanggulan
Bencana (BNPB), Letjen TNI Doni Monardo, resmi mendapat gelar Honoris Causa atau Doktor Kehormatan
dari Institut Pertanian Bogor (IPB
University), Sabtu (27/3/2021).
Melihat
kiprah Doni yang konsisten selama puluhan tahun melestarikan lingkungan, IPB
menilai bahwa Penganugerahan gelar Doktor Kehormatan sangat tepat dan layak
sekali diberikan kepada Doni.
Baca Juga:
Kabar Duka, Mantan Kepala BNPB Doni Monardo Tutup Usia
Bahkan
semestinya sudah lama jenderal yang memiliki karakter kuat itu mendapatkan
gelar tersebut.
Rektor
IPB, Arif Satria, saat memberikan sambutan yang disiarkan secara
daring, mengatakan, pemberian gelar ini disetujui dalam rapat pleno Senat
Akademik IPB pada Selasa (20/10/2020) lalu.
Peserta
rapat menilai, Doni layak mendapatkan pengakuan dan penghargaan atas karya,
prestasi, dedikasi, dan kontribusinya yang luar biasa dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Baca Juga:
Tim TGIPF Kanjuruhan Mulai Turun ke Lapangan
"Kita
dihadapkan tantangan besar mengenai isu sumber daya alam. Jika kita lihat,
lahan Indonesia terancam habis, mengalami defisit air, termasuk ancaman hewan
punah di Jawa, Kalimantan dan Sulawesi," kata dia.
Ia
mengatakan, kemajuan suatu bangsa bukan hanya sumber daya alamnya yang
melimpah, namun harus lebih memahami cara mengelola sumber daya alam.
Untuk
itu, sosok Doni Monardo yang sangat peduli lingkungan dinilai luar biasa bagi
kemajuan pendidikan, pembangunan dalam arti luas, dan kemanusiaan.
5 Aksi Luar Biasa Doni Monardo
Arif
mengatakan, waktu itu senat Akademik IPB sepakat memberikan penilaian pada lima
rangkaian kegiatan aksi luar biasa yang dilakukan Doni.
Rinciannya
adalah sebagai berikut:
- Pertama, Doni dinilai mampu membangkitkan kepedulian
lingkungan dan memberikan pelatihan keterampilan.
- Kedua, memobilisasi sumber daya dan membangun jaring kerja
kolaborasi.
- Ketiga, memulihkan dan merehabilitasi keanekaragaman hayati
spesies dan ekosistem.
- Keempat, membangun kolaborasi penegakan hukum.
- Kelima, melakukan advokasi kebijakan.
"Lima
kegiatan tersebut dinilai dapat berjalan secara berkesinambungan, terutama
karena adanya kepemimpinan lingkungan yang kuat dan menonjol pada Pak Doni
Monardo," tegas Arif.
Keputusan
pemberian gelar akademik kepada Doni diputuskan dalam surat keputusan senat
akademik IPB nomor 21/IT3.SA/PP/2020 tentang Persetujuan Pemberian Gelar Doktor
Kehormatan Honoris Causa Kepada Letjen Doni Monardo dalam Bidang Ilmu
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan.
Arif
juga mengapresiasi Gagasan Emas Biru dan
Emas Hijau yang diinisiasi Doni Monardo juga dinilai berhasil dalam meredam
konflik di kepulauan Maluku.
"Ini
adalah sebuah langkah yang baik sekali dalam rangka untuk menciptakan
stabilitas sosial dengan pengelolaan lingkungan dan sumberdaya alam secara
adil," ujarnya.
Budiasih, Semangat Hijau sampai
Citarum
Doni
sendiri dikenal sebagai salah satu sosok pendiri Paguyuban Budiasih (Budidaya
Trembesi) dan kiprahnya membuat Sungai Citarum di Jawa Barat tidak lagi
mendapat julukan sungai terkotor sedunia.
Saat
pria yang juga menjabat Ketua Satgas Covid-19 ini menyampaikan pidato ilmiah
berjudul Model Tata Kelola Sumber Daya
Alam dan Lingkungan, ia menceritakan pengalaman bertahun-tahun terlatih di
hutan.
Selama
di hutan, ia semakin mahir mengenali berbagai macam tanaman. Karena itu, dia
berkomitmen melestarikan alam.
"Bertahun-tahun
berlatih di hutan dan penugasan operasi militer di beberapa daerah, membuat
saya mengenali banyak jenis tanaman. Sehingga saya berkomitmen untuk menanam
merawat dan melestarikan tanaman di manapun saya berada," kata Doni.
Doni
mengungkapkan awal mula kecintaannya terhadap menanam pohon.
Dia
mulai cinta dengan tanaman dan melestarikannya saat tinggal Brigif Para Raider
III, Budi Sakti Kostrad, Kariango, Sulawesi Selatan.
"Dimulai
dengan menanam pohon di asrama Brigif Para Raider III, itu sumbangan dari
almarhum Andi Tenri Onigapa pimpinan Panin Peduli Makassar. Dilanjutkan dengan
pembibitan trembesi serta menanamnya di banyak tempat di Sulawesi Selatan,
termasuk di lapangan Karebosi dan Bandara Sultan Hasanuddin," katanya.
Doni
suka sekali menanam pohon trembesi yang dikatakannya, mampu menyerap polutan
hingga sekitar 28,5 ton per tahun.
"Saya
juga menanam pohon langka seperti cendana, ulir, palaka, eboni," kata dia.
Pengetahuannya
akan tanaman, terutama pohon, selalu ia bawa di segala pekerjaan. Termasuk saat ditugaskan
menjadi Kepala BNBP.
"Saya
menyadari betul, pohon yang ditanam di kawasan yang tepat bisa menjadi mitigasi
bencana. Artinya, tidak akan ada lagi korban jiwa karena bencana. Misalnya,
longsor," kata dia.
Ia
mencontohkan, di lereng rawan longsor dengan tingkat kemiringan 30 derajat bisa
ditanami akar yang kuat seperti sukun, alpukat, kopi.
"Atau
yang agak curam, bisa ditanami akar wangi, cemara udang atau pohon akar kuat
agar tidak terjadi longsor," kata dia.
Terinspirasi Filsuf Tiongkok
Lalu, saat
menjabat Pangdam III/Siliwangi, Doni Monardo langsung menangani Citarum yang
dijuluki sungai paling kotor sedunia.
"Saya
sampaikan tentang nama besar Siliwangi depan staff Makodam III/Siliwangi, akan
nama besar Siliwangi. Sayang jika nama besar itu hilang karena tidak peduli
pada lingkungan. Simbol prajurit Siliwangi, ada simbol harimau atau maung.
Jangan sampai karena kita tidak berbuat sesuatu, maung Siliwangi berubah
menjadi meong Siliwangi," ujarnya.
Nama
Citarum Harum dan strategi penanganannya, diusulkan Doni Monardo kepada
Gubernur Jabar Ahmad Heriawan dalam perjalanan dari pendopo gubernur menuju
Waduk Jatigede pada 28 November 2017.
Doni
juga melaporkan kepada Presiden Jokowi tentang Citarum pada 4 Desember 2017.
Saat
Presiden Jokowi bertanya tentang apa yang dibutuhkan, Doni menjawab perlunya
payung hukum agar TNI bisa tetap ikut membantu memulihkan Citarum.
Proses
penuntasan Citarum diawali dengan pemeriksaan sampel air yang dipimpin Kakesdam
III Siliwangi, Kolonel dr Is Priyadi.
Hasilnya,
air Citarum mengandung logam berat, seperti timbal, Cadmium, serta bakteri Salmonella,
Ecoli, dan Pseudomonas Areogonosa.
Sayang,
dokter Is Priyadi telah wafat tahun lalu dan meninggalkan jasa abadi bagi
pemulihan Sungai Citarum.
Doni
Monardo juga menugaskan 20 kolonel untuk mendata permasalahan dari hulu hingga
hilir Citarum, sekaligus meminta masukan dari masyarakat.
"Saya
terinspirasi oleh Lao Tse, seorang filsuf Tiongkok yang hidup semasa era Sun
Tzu 500 tahun sebelum Masehi. Salah satu kutipan yang saya ingat adalah: Temuilah
rakyatmu. Hiduplah dan tinggalah bersama mereka. Berkaryalah dengan mereka. Mulailah
dari apa yang mereka miliki. Sampai akhirnya mereka akan berkata kami telah
mengerjakannya,"
pungkas Doni. [qnt]