WahanaNews.co, Jakarta – Terkait kekhawatiran sejumlah pihak pada game yang mengandung konten kekerasan yang berdampak buruk pada anak, Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi buka suara.
"Sama seperti konten-konten, [game] harus ada ratingnya kan. Film kan ada ratingnya, semua umur, 13, 17, game juga begitu," ujar dia, di Jakarta, Selasa (23/4/2024).
Baca Juga:
BCA Digital Jalin Kerja Sama Dengan UniPin, Perluas Akses Pembayaran Game Online Menggunakan BLU
Budi menyebut pihaknya akan berusaha menertibkan ruang digital yang menjadi lingkup tugasnya. Jika memang perlu diblokir, maka pihaknya akan memblokir game yang dituding berdampak buruk tersebut.
"Kita lihat, kalau memang perlu kita blokir, kita blokir," tuturnya.
Di sisi lain, Budi mengimbau masyarakat untuk bijak dalam mengonsumsi konten. Pasalnya, semua konten, termasuk game, jika dikonsumsi tidak sesuai usianya dapat memberikan dampak buruk secara psikologis.
Baca Juga:
China Terbitkan Aturan Pembatasan Uang dan Waktu Bermain Game
Sebelumnya, jagat maya diramaikan oleh tudingan game mengandung konten kekerasan memberikan dampak buruk bagi anak. Unggahan akun @txtdarigajelas, contohnya, menuding game Free Fire (FF) memberikan banyak dampak buruk.
"FF menyebabkan anak berperilaku agresif dan terjerumus ke tindak kenakalan dan kriminalitas," tulis narasi dalam cuitan tersebut di X (Twitter), Minggu (21/4/2024).
Pemerintah sendiri tengah merampungkan Peraturan Presiden (Perpres) tentang perlindungan anak dari game online demi merespons marak kriminalitas seperti kekerasan, pornografi, pelecehan seksual, dan perundungan anak-anak akibat pengaruh game online.
"Progresnya sudah harmonisasi antara kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah sehingga tugas dan fungsi serta kewenangannya tidak tumpang tindih. Insya Allah tahun ini ditargetkan rampung," kata Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nahar, Rabu (17/4/2024).
Ia menuturkan game yang mengandung kekerasan berdampak sangat buruk pada perkembangan mental dan perilaku anak dan remaja.
Menurutnya, pemerintah akan terus mengawasi konten atau game online yang mengandung kekerasan, termasuk kemungkinan pemblokiran game seperti Free Fire.
"Pengaruhnya banyak dan sangat kompleks. Risiko yang dihadapi termasuk konten, perilaku, kontak fisik, perilaku konsumen. Konten-konten tidak sesuai dengan rating usia anak-anak," tutur Nahar.
"Ini (Free Fire) yang harusnya diperketat dan diawasi, mengingat risiko-risiko dari perkembangan perilaku yang dapat membahayakan dan mempengaruhi anak-anak," tandasnya.
[Redaktur: Alpredo Gultom]