WahanaNews.co | Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengungkapkan prediksinya bahwa gempa besar yang bersumber di Zona Megathrust selatan Jawa berulang setiap 400 tahun. Kekuatan gempa diperkirakan mencapai Magnitudo (M) 8,8.
"Untuk selatan Jawa hitungan periode ulang itu ada di kisaran 400 tahunan. Satu segmen megathrust dengan kekuatan 8,8," kata Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari dikutip dari Youtube BNPB, Selasa (15/11/2022).
Baca Juga:
Pemkot Jakarta Barat Sosialisasi Mitigasi Gempa, Antisipasi Megathrust
Aam, sapaan akrab Abdul Muhari, menjelaskan, periode pengulangan gempa ini diketahui berdasarkan hasil penelitian gabungan dari berbagai instansi, yakni BNPB, Institut Teknologi Bandung (ITB), Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), juga LIPI dengan menggunakan GPS.
"Bumi kita ini bergerak dan pergerakan itu bisa dihitung dari GPS. Nah, pergerakannya ini kemudian kita estimasi sampai maksimalnya itu dia bisa menahan, itu kekuatan gempanya berapa," katanya.
Dalam penelitian, zona megathrust selatan Jawa dibagi dua, segmen barat dan timur. Jika pecah satu-satu, segmen barat kekuatannya 8,8 dan timur 8,9. Namun jika dipecah langsung magnitudonya sekitar 9,1. "Dia bisa sampai itu dengan periode akumulasi energi 400 tahun," kata Aam.
Baca Juga:
Pemko Gunungsitoli Keluarkan Surat Edaran Waspada Ancaman Gempa Megathrust
Meski begitu, katanya, hingga saat ini belum bisa melihat pola yang pasti terhadap terjadinya pengulangan aktivitas megathrust di selatan Jawa.
"Memang adalah historis 1818, 1836, tapi yang segmen selatan Jawa itu 1994 di Banyuwangi selatan Jawa Timur dan 2006 di selatan Jawa Barat di Pangandaran. Tapi ini kekuatan gempanya tidak terlalu besar di bawah (M) 8. Sedangkan selatan Jawa itu adalah zona megathrust," ungkap Aam.
Ia lalu membandingkan pola megathrust yang terjadi di zona Selat Makassar dan Selat Maluku. Ada zona-zona yang periode ulangnya itu lebih singkat.
"Misalkan di zona Selat Makassar, zona perulangan yaitu 1927 kemudian 1968, 1996, dan 2018 artinya 30 tahun, 30 tahun, 30 tahun. Ini yang terjadi di Palu dan sekitarnya," katanya.
Aam menjelaskan, di zona Maluku juga terlihat pola megathrust yakni sekitar 50 sampai 60 tahunan. Zona Maluku juga agak sedikit lebih cepat dari zona selatan Jawa tapi lebih besar dan lebih panjang daripada zona Selat Makassar.
"Misalkan kita lihat 1820, 1889, 1936, 2000, artinya sekitar 50 sampai 60 tahunan," katanya.
Sementara, untuk zona megathrust di selatan Jawa hingga saat ini masih belum bisa dipastikan perulangannya.
"Sedangkan tadi kita masih punya catatan sejarahnya itu terakhir 1818, kita belum punya nih yang crossing sampai 400 tahun. Jadi kita enggak tahu ini terakhir terjadinya kapan," kata Aam.
"Sehingga kita masih belum bisa menentukan ini kira-kira berapa puluh tahun lagi dia akan perulangan dengan kekuatan 8,8 sampai 9. Ini yang jadi, yang harus menjadi tantangan kita di sisi riset untuk bisa menggali lebih dalam lagi untuk mengetahui di belakang itu historisnya seperti apa," katanya. [rds]