WAHANANEWS.CO, Jakarta - Perusahaan energi global Shell resmi menghentikan pembangunan pabrik biofuel besar di Rotterdam, Belanda, setelah menilai fasilitas tersebut tidak lagi kompetitif untuk memenuhi permintaan pasar biofuel yang terjangkau dan rendah emisi.
Melansir The Guardian, Selasa (25/11/2025), proyek yang sebelumnya dihentikan sementara pada 2024 akibat kendala teknis itu kini diputuskan tidak akan dilanjutkan.
Baca Juga:
Bahan Bakar Alternatif Bobibos Diklaim Lebih Ramah Lingkungan, Ini Penjelasan BRIN
Shell menjelaskan bahwa evaluasi terbaru menunjukkan biaya penyelesaian proyek terlalu tinggi dibandingkan potensi permintaan dan harga jual biofuel di pasar global.
Keputusan ini menambah daftar proyek energi terbarukan Shell yang batal, setelah sebelumnya perusahaan membatalkan rencana fasilitas bahan bakar penerbangan berkelanjutan (SAF) di Pulau Bukom, Singapura, pada 2023.
Perubahan arah Shell terjadi sejalan dengan tren lebih luas di industri minyak dan gas, dengan banyak perusahaan kembali fokus pada proyek bernilai tinggi dan berorientasi keuntungan. Tahun lalu, Shell juga menurunkan target penurunan emisi karbonnya, dari sebelumnya 20% menjadi kisaran 15%-20% untuk energi yang dijual sebelum 2030.
Baca Juga:
RI Butuh Tambahan 1 Juta Hektare Lahan Tebu Untuk BBM Bensin Campur Etanol 10%
Pabrik biofuel Rotterdam, yang mulai dibangun pada 2021, tadinya ditargetkan menghasilkan hingga 820.000 ton biofuel per tahun dan direncanakan beroperasi pada 2024 sebelum ditunda ke 2025. Namun setelah peninjauan ulang, proyek dinyatakan tidak layak secara ekonomi.
Pimpinan divisi energi terbarukan Shell Machteld de Haan menyebut keputusan ini sebagai langkah sulit tetapi dianggap tepat.
“Ketika kami meninjau dinamika pasar dan biaya penyelesaian, jelas bahwa proyek ini tidak cukup kompetitif untuk memenuhi kebutuhan pelanggan akan produk rendah karbon yang terjangkau,” ujarnya.