WahanaNews.co | Sebuah studi baru menemukan bahwa perubahan iklim menyebabkan gletser tertinggi di Gunung Everest mencair dengan cepat.
Para peneliti yang dipimpin oleh University of Maine menemukan bahwa South Col Glacier telah kehilangan ketebalan lebih dari 180 kaki (54 meter) dalam 25 tahun terakhir.
Baca Juga:
BMKG Kalsel Intensifkan Edukasi Masyarakat Terkait Peningkatan Suhu Signifikan Lima Dekade Terakhir
Gletser yang terletak 7.906 meter (25.938 kaki) di atas permukaan laut, menipis 80 kali lebih cepat daripada es pertama yang terbentuk di permukaan.
Diduga, tingkat penurunan ini dikarenakan pada suhu pemanasan dan angin kencang.
Melansir dari BBC, Minggu (6/2/2022), menuliskan para ilmuwan yang memimpin studi tersebut menemukan bahwa sejak 1990-an, es yang membutuhkan waktu 2.000 tahun untuk terbentuk itu telah mencair.
Baca Juga:
Buka Indonesia International Sustainability Forum 2024, Presiden Jokowi Sampaikan Strategi Penanganan Perubahan Iklim
Mereka juga mencatat lapisan salju tebal gletser telah terkikis, dan memperlihatkan es hitam di bawahnya ke matahari dan mempercepat proses pencairan.
Dr Mariusz Potocki, yang menjadi salah satu peneliti utama dalam studi tersebut, mengatakan bahwa temuan itu menunjukan bahwa gletser mungkin saja sudah mencair.
“Gletser Col Selatan mungkin sedang dalam perjalanan keluar, itu mungkin sudang menjadi ‘peninggalan’ dari waktu yang lebih tua dan lebih dingin,” ujar Patocki.
Penulis lain dari laporan tersebut, Dr Tom Matthews, seorang ilmuwan iklim dari King College London, mengatakan kepada BBC bahwa tidak ada satupun perubahan iklim di kawasan yang menyebabkan lonjakan pencairan.
“Sebaliknya kenaikan suhu yang stabil pada akhirnya mendorong gletser melewati ambang batas, dan tiba-tiba semuanya berubah,” katanya dalam keterangan pada BBC.
Dr Mayewski juga mengamati bahwa pencairan yang cepat dapat memiliki berbagai implikasi, baik secara regional maupun global.
Selain itu, para peneliti mengkhawatirkan beberapa pegunungan yang menjadi sumber untuk air minum akan bernasib sama dengan Gunung Everest.
Salah satunya Gunung Himalaya yang dijadikan sebagai sumber air minum, apabila gletsernya mengikuti Gunung Everest maka kapasitas mereka untuk menyediakan air minum serta irigasi akan mengalami penurunan yang signifikan.
Penurunan juga dapat memberikan tantangan bagi pendaki, karena ekspedisi ke gunung di masa depan dapat menghadapi batuan dasar dan lapisan es yang lebih terbuka sehingga lebih sulit untuk didaki. [dhn]