WAHANANEWS.CO, Jakarta - Sungai Tigris, salah satu sungai paling bersejarah di dunia yang mengalir di wilayah Irak, kini berada di ambang krisis serius.
Tingkat pencemaran yang tinggi serta penyusutan volume air yang semakin drastis menjadikan sungai legendaris ini terancam kehilangan fungsinya sebagai sumber kehidupan.
Baca Juga:
Pasca Jatuhnya Rezim Assad, Irak Tutup Perbatasan Dengan Suriah
Kondisi tersebut bukan hanya membahayakan jutaan penduduk Irak, tetapi juga mengancam keberlangsungan komunitas-komunitas kuno yang telah hidup berdampingan dengan sungai ini selama ribuan tahun.
Krisis yang melanda Sungai Tigris dipicu oleh berbagai faktor yang saling berkaitan.
Perubahan iklim global menyebabkan penurunan curah hujan secara signifikan, sementara pembangunan bendungan besar-besaran di negara-negara hulu seperti Turki dan Iran semakin mengurangi aliran air ke wilayah Irak.
Baca Juga:
Irak Layangkan Nota Protes ke PBB Atas Pelanggaran Udara oleh Pesawat Israel
Situasi ini diperparah oleh lemahnya sistem pengelolaan limbah domestik dan industri yang membuat sungai menjadi tempat pembuangan akhir berbagai jenis limbah berbahaya.
Jika tidak ada langkah darurat dan terkoordinasi, para pakar memperingatkan bahwa kehidupan di sepanjang aliran Sungai Tigris akan mengalami perubahan yang bersifat mendasar dan permanen, baik dari sisi ekologi, sosial, maupun budaya.
Kecemasan mendalam juga dirasakan oleh Sheikh Nidham Kreidi al-Sabahi, seorang tokoh agama Mandaean, salah satu agama Gnostik tertua di dunia.