WahanaNews.co, Jakarta - Sebuah riset yang dilakukan Universitas Glasgow dan dipublikasikan di APA Journal of Experimental Psychology berhasil mengidentifikasi faktor-faktor yang membuat seseorang terlihat kaya, berdasarkan penilaian secara kasat mata.
Studi ini melibatkan partisipan dengan kulit putih dari budaya Barat, yang dianalisis untuk menentukan fitur wajah yang dihubungkan dengan status sosial tinggi atau rendah, sesuai dengan persepsi masyarakat.
Baca Juga:
Tapanuli Utara Penuh Keajaiban, "Potensi Energi dan Kekayaan Alam yang Tersembunyi di Sumatera Utara"
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa individu yang memiliki wajah kecil, mulut yang terangkat saat tersenyum, alis yang terangkat, jarak mata yang rapat, dan kulit yang cerah serta hangat, cenderung dianggap sebagai orang kaya.
Fitur-fitur ini juga dikaitkan dengan atribut positif seperti kepercayaan, kompetensi, dan kehangatan.
Baca Juga:
Mau Legalisasi Apostille di Kemenkumham Jambi? Begini caranya....
Sementara itu, individu yang memiliki ciri-ciri wajah yang lebih lebar, lebih pendek, dan datar, mulut yang lebih rendah, serta kulit dengan warna yang lebih dingin, umumnya dianggap sebagai bagian dari kelas sosial yang lebih rendah, kurang dapat dipercaya, dan dianggap kurang kompeten oleh masyarakat.
Meskipun tidak dijelaskan dalam riset tersebut, dua CEO terkenal yaitu Mark Zuckerberg dari Facebook dan Jeff Bezos dari Amazon, keduanya merupakan miliarder, memiliki beberapa fitur yang disebutkan dalam penelitian tersebut.
Zuckerberg memiliki wajah yang kecil, sementara Bezos memiliki kulit yang cerah dan kemerahan.
Penulis riset menjelaskan bagaimana penilaian berdasarkan penampilan dapat berdampak negatif, meskipun penelitian tersebut tidak secara spesifik menyebutkan nama-nama individu yang memiliki status sosial tinggi dengan ciri-ciri yang berlawanan dengan temuan penelitian.
"Orang-orang yang dianggap memiliki status sosial tinggi atau rendah juga sering dinilai memiliki sifat-sifat yang menguntungkan atau tidak menguntungkan," kata penulis studi Dr. R. Thora Bjornsdottir, dikutip New York Post, Minggu 18 Februari 2024.
"Penilaian seperti ini terbentuk bahkan hanya dari penampilan wajah, dan hal ini dapat menimbulkan konsekuensi yang besar, termasuk merugikan mereka yang dianggap berasal dari kelas sosial yang lebih rendah," sambungnya.
Thora Bjornsdottir lebih lanjut mengatakan, hasilnya menunjukkan bahwa stereotip kelas sosial menjelaskan hubungan antara penampilan wajah dan penilaian status kelas sosial seseorang.
"Hal ini menunjukkan bahwa stereotip yang kita miliki berdampak pada cara kita memandang orang lain - stereotip tersebut membiaskan persepsi kita. Kesan kita terhadap orang lain kemudian bisa menimbulkan keuntungan atau kerugian tertentu bagi mereka," ungkapnya.
Profesor dari Computational Social Cognition, Prof Rachael E. Jack, berharap penelitian ini dapat menunjukkan bias masyarakat untuk mencegah hal tersebut terjadi di masa depan.
"Penelitian kami menunjukkan bagaimana atribut wajah tertentu memainkan peran penting dalam menghubungkan persepsi kelas sosial dengan stereotip terkait. Temuan-temuan ini tidak hanya berharga untuk memajukan pemahaman kita tentang teori-teori persepsi sosial yang penting, namun juga dapat membantu intervensi di masa depan yang dirancang untuk mematahkan persepsi-persepsi yang bias," katanya.
Namun, ini bukan satu-satunya riset yang berusaha menilai kekayaan seseorang hanya dari tampilan wajahnya.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Universitas Toronto dan dipublikasikan di Journal of Personality and Social Psychology pada tahun 2017 menemukan bahwa wajah seseorang dapat mencerminkan tingkat kekayaan mereka.
Penelitian ini melibatkan pengamatan kekayaan orang yang sebenarnya berdasarkan foto, dan partisipan penelitian berhasil menebak dengan tingkat keakuratan sebesar 53 persen.
"Seiring waktu, wajah Anda secara permanen mencerminkan dan mengungkapkan pengalaman Anda. Bahkan ketika kita merasa tidak sedang mengekspresikan sesuatu, sisa-sisa emosi tersebut masih ada," kata rekan penulis studi, Nicholas Rule.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]