WahanaNews.co, Jakarta - Suhu panas yang menerpa wilayah Indonesia tidak hanya berdampak pada mobil dengan mesin pembakaran dalam atau konvensional. Mobil listrik juga akan terganggu efek dari paparan sinar matahari langsung.
Studi terbaru menyebut September merupakan bulan terpanas sepanjang 2023 yang pernah tercatat. Apa dampaknya cuaca panas ini bagi kendaraan listrik?
Baca Juga:
Inovasi dari Bekasi, Inilah Baterai Mobil Listrik dengan Harga Tak Terduga
Kendaraan listrik menjadi jenis kendaraan yang cukup terdampak oleh suhu panas, salah satunya pada daya tempuh.
Menurut studi dari recurrent, beberapa mobil listrik kehilangan daya tempuh hingga 31 persen ketika berada di suhu lebih dari 37 derajat celcius.
Dalam studinya, tercatat penurunan daya tempuh mobil listrik pada suhu 33 derajat celcius dengan rata-rata sebesar 5 persen.
Baca Juga:
RI Bakal Diincar Dunia di 2040, Ini Alasannya
Recurrent melakukan studi pada sekitar 17.000 kendaraan listrik secara berulang. Data tersebut mencakup 65 model kendaraan listrik dan hibrida. Untuk mobil listrik meliputi mobil-mobil populer seperti Tesla Model 3, Model Y, Model S, Model X, Hyundai Kona, Ford F-150 Lighting, dan Mustang Mach-E.
Suhu panas ekstrem diakui sangat memengaruhi baterai litium yang menjadi sumber energi mobil listrik. Sebab performa optimal untuk baterai jenis tersebut berkisar di temperatur 15-35 derajat celcius, sementara klaim baterai mereka bisa bekerja normal antara temperatur 10-43 derajat celcius disitat dari interestingengineering.
Selain mempengaruhi daya tempuh, cuaca panas juga dapat menyebabkan resistensi internal yang berakibat hilangnya energi saat mengisi daya baterai atau saat baterai dipakai.