WAHANANEWS.CO, JAKARTA - Inovasi bisa datang dari hal yang tak terduga. Para ilmuwan di Universitas Negeri Ohio, Amerika Serikat, berhasil mengembangkan teknologi baterai baru yang menggunakan limbah nuklir radioaktif sebagai sumber energi. Uniknya, baterai ini diklaim aman untuk disentuh.
Kok bisa? Cara kerjanya memang cukup cerdik. Tim peneliti ini menggabungkan kristal khusus yang peka terhadap radiasi (scintillator) dengan panel surya mini.
Baca Juga:
Inovasi dari Bekasi, Inilah Baterai Mobil Listrik dengan Harga Tak Terduga
Begini alurnya: ketika kristal tersebut 'disinari' oleh radiasi dari limbah nuklir (misalnya sinar gamma), kristal itu akan menyerap energi radiasi dan kemudian memancarkan cahaya. Nah, cahaya inilah yang ditangkap oleh panel surya mini untuk diubah menjadi energi listrik. Bisa dibilang, ini adalah semacam "sel surya nuklir".
"Kami memanen sesuatu yang dianggap limbah, dan secara alami, mencoba mengubahnya menjadi harta karun," kata insinyur nuklir Raymond Cao dari Ohio State University.
Secara fisik, baterai ini punya wujud yang ringkas, hanya seukuran kubus kecil. Para peneliti telah mengujinya dengan sumber radiasi dari dua zat radioaktif berbeda:
Baca Juga:
RI Bakal Diincar Dunia di 2040, Ini Alasannya
- Cesium-137: Menghasilkan daya listrik sekitar 288 nanowatt.
- Cobalt-60: Menghasilkan daya lebih besar, yaitu 1,5 mikrowatt. Tenaga ini disebut cukup untuk mengoperasikan sensor kecil.
Memang, jika dibandingkan kebutuhan listrik kita sehari-hari, daya yang dihasilkan saat ini masih tergolong sangat kecil. Namun, tim peneliti sangat optimis bahwa teknologi ini punya potensi untuk ditingkatkan (scalable) agar bisa menghasilkan listrik yang jauh lebih besar di masa mendatang.