WahanaNews.co | Tim peneliti belum lama ini mendeteksi keberadaan 3 asteroid dekat Bumi di Tata Surya bagian dalam.
Dari ketiga benda antariksa itu, salah satunya merupakan terbesar yang ditemukan sejak 2014, menimbulkan potensi risiko bagi Bumi.
Baca Juga:
Lebih Horor Dibanding Ramalan Baba Vanga, Ini Prediksi NASA di Tahun 2024
Meski begitu asteroid-asteroid itu kesulitan untuk dideteksi karena berada di wilayah langit tersembunyi oleh silau cahaya Matahari.
Asteroid Dekat Bumi (NEA) dan Asteroid Berpotensi Berbahaya (PHA) adalah dua jenis objek dekat Bumi yang ingin dilacak oleh badan antariksa.
Terdengar menakutkan, tetapi tidak satu pun dari asteroid-asteroid tersebut yang menimbulkan ancaman bagi Bumi.
Baca Juga:
NASA Tangkap Sinyal Laser Pada Jarak 16 Juta Km dari Bumi
Saat ini, ada sekitar 1454 NEA yang tak sepenuhnya memiliki nol potensi dampak pada Bumi dalam 100 tahun ke depan.
Dikutip dari Gizmodo, Selasa (1/11/2022), ada tiga asteroid dekat Bumi yang ditemukan menggunakan Kamera Energi Gelap di Chili.
Kamera mengambil gambar bidang dalam dekat dengan cakrawala Bumi saat senja untuk menghindari silau Matahari dan distorsi atmosfer.
"Survei itu menjelajahi area di dalam orbit Bumi dan Venus untuk mencari asteroid. Sejauh ini kami telah menemukan dua asteroid besar dekat Bumi yang lebarnya sekitar 1 kilometer, ukuran yang kami sebut sebagai pembunuh planet," kata Scott Sheppard, astronom di Earth and Planets Laboratory of the Carnegie Institution for Science.
Dua dari asteroid yang diamati itu memiliki orbit yang dengan aman mengitari Bumi.
Akan tetapi, asteroid yang memiliki lebar 1,5 Km dan disebut dengan 2022AP7 memiliki orbit yang pada akhirnya dapat menempatkannya pada jalur tabrakan dengan Bumi.
Perlu di garis bawahi, asteroid saat ini tak meluncur ke arah Bumi, tetapi jalurnya bisa membuatnya cukup dekat suatu hari nanti sehingga NASA ingin mengawasinya.
Jika yang terburuk terjadi, badan antariksa di Bumi sendiri telah menyiapkan manuver pertahanan asteroid seperti misi DART.
Misi tersebut dengan sengaja menabrak asteroid bernama Dimorphos pada September lalu dan sedikit mengubah lintasasan orbit asteroid.
Keberhasilan DART itu membuat NASA dapat mengembangkan strategi pertahanan planet yang lebih kuat lagi jika di kemudian hari menghadapi situasi untuk mengarahkan kembali batu luar angkasa yang mengancam.
Lebih lanjut, mendeteksi asteroid di luar Matahari lebih mudah daripada mendeteksi asteroid di antara Matahari dan Bumi.
Observatorium berbasis luar angkasa seperti Hubble dan Webb selalu menghadap jauh dari Mahari karena cahaya dan panas bintang yang intens dapat memanggang instrumen observatorium.
Itu membuat Kamera Energi Gelap menjadi lebih penting untuk membabtu menemukan potensi ancaman bagi Bumi yang mungkin tak terlihat.
Hasil temuan asteroid dekat Bumi yang berpotensi bahaya ini telah dipublikasikan di The Astronomical Journal. [rna]