WahanaNews.co | Pada masa orde lama, Indonesia memang terkenal menjadi pengguna beragam alutsista blok timur, khususnya beragam sistem persenjataan dari Uni Soviet.
Di era ini memang Indonesia meskipun berhaluan non-blok, akan tetapi memiliki kecenderungan untuk dekat dengan negara-negara blok timur.
Baca Juga:
Mabes TNI Kirim Prajurit Terbaiknya Ikuti Latihan Integrasi Di Australia
Hal ini dikarenakan negara-negara blok timur memang mendukung Indonesia secara persenjataan pada masa operasi Trikora dan Dwikora di awal dekade 60-an.
Salah satu sistem persenjataan yang juga dibeli oleh Indonesia dari Uni Soviet adalah meriam arhanud (artileri pertahanan udara) M1939 61-k.
Meriam penangkis serangan udara (PSU) tersebut diketahui menjadi bagian dari sistem penangkis serangan udara TNI-AL atau ALRI pada dekade 60-an. Seperti apakah meriam tersebut ? simak ulasan ringkasnya berikut ini.
Baca Juga:
Panglima TNI Tinjau Kesiapan Puncak Peringatan HUT Ke-79 TNI di Monas
1. Meriam Penangkis Serangan Udara Peninggalan Perang Dunia Ke-2
Meriam M1939 61-K merupakan salah satu meriam arhanud yang didesain sejak dekade 1930-an. Meriam ini mulai berdinas dalam angkatan aktif di militer Uni Soviet sejak tahun 1939.
Meriam ini merupakan salah satu senjata klasik yang pernah merasakan perang dunia ke-2. Bahkan, hingga saat ini meriam tersebut masih seringkali digunakan oleh beberapa negara dengan beragam modifikasi yang menyesuaikan kebutuhan zaman.
Meriam ini di Indonesia pada awal dekade 1960-an. Dilansir dari situs indomiliter, meriam M1939 61-K yang dimiliki oleh militer Indonesia mulai datang pada tahun 1961.
Detasemen yang menggunakan meriam ini adalah Batalyon Marinir Pertahanan Pangkalan (Yonmarharlan) yang memfokuskan tugas sebagai pelindung serangan udara.
2. Menggunakan Kaliber yang tergolong Unik
Meriam arhanud M1939 61-K terbilang menggunakan kaliber yang cukup unik dan jarang. Meriam ini memggunakan kaliber 37 mm yang merupakan kaliber standar meriam penagkis serangan udara Uni Soviet pada masa perang dunia 2.
Dilansir dari wikipedia, meriam ini dianggap terinspirasi dari meriam Bofors 25 mm Model 1933 yang dibeli pada tahun 1935.
Kaliber meriam yang cukup unik tersebut disinyalir sebagai salah satu cara yang digunakan oleh Uni Soviet agar senjata ini tidak dapat digunakan pihak musuh apabila dirampas karena amunisinya yang cukup berbeda.
Meriam ini memiliki jarak jangkauan mulai dari 4.000-5.000 meter untuk target udara. Sedangkan, untuk target darat kemungkinan dapat menjangkau jarak sekitar 6.000 meter. Meriam ini dioperasikan oleh 6-8 orang.
3. Masih Digunakan TNI-AL Hingga Hari ini
Meskipun telah berusia sangat tua, meriam ini diketahui masih digunakan oleh pihak marinir TNI-AL. Meriam Arhanud tersebut digunakan oleh prajurit TNI-AL yang masih melakukan pendidikan dan sering terlihat dalam latihan yang melibatkan marinir.
Meriam yang dimiliki oleh TNI-AL memiliki beberapa versi, pertama merupakan versi darat yang dilengkapi dengan 4 roda agar bisa dipindahkan dengan cara ditarik oleh kendaraan penarik.
Pihak TNI-AL juga memiliki versi dua laras yang dipasang di kapal tempur dan digunakan sebagai meriam penangkis serangan udara. [ast/Yoursay]