WahanaNews.co | Pernah mengalami kondisi seperti ketindihan saat tidur? Tubuh jadi kesulitan bergerak dan tak bisa bicara. Ketindihan dialami saat terbangun atau tertidur. Kondisi ini biasanya berlangsung selama beberapa detik.
Mengutip Sleep Foundation, kondisi sleep paralysis hilangnya kontrol otot sekejap. Orang mengalami halusinasi selama jeda kelumpuhan tidur.
Baca Juga:
Simak, Ini Bahaya Kebablasan Tidur Siang hingga Berjam-Jam
Sleep paralysis termasuk kategori parasomnia, perilaku abnormal saat tidur karena terhubung rapid eye movement (REM). Kelumpuhan tidur dianggap parasomnia REM.
Saat memasuki tahap REM, tubuh akan mengalami kelumpuhan sesaat, tidak bisa bergerak saat bermimpi. Otot akan mengalami relaksasi atau kondisi atonia. Saat mengalami atonia tak hanya ketika tertidur, tapi juga terjaga.
Kondisi itu yang membuat orang tidak bisa bergerak walaupun sudah terjaga. Di Indonesia, kondisi ini disebut ketindihan.
Baca Juga:
Porsche Tarik Taycan Global, Meski Mobil Masih Aman untuk Dikendarai
Publikasi ilmiah dalam Jurnal Psikologi Udayana berjudul Hubungan antara Kecemasan Akademik dan Sleep Paralysis pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Tahun Pertama, usia rata-rata orang yang pertama kali mengalami gangguan tidur ini antara 14 tahun hingga 18 tahun.
Salah satu penyebab orang mengalami sleep paralysis merasa cemas, gelisah yang tidak menyenangkan hingga mempengaruhi kondisi fisik dan psikologi.
Mengutip WebMD, saat tertidur, secara bertahap tubuh menjadi relaks. Orang yang mengalam kelumpuhan tidur hypnagogic seakan-akan masih sadar sehingga merasakan keadaan di sekitarnya. Namun, tak mampu berbicara atau menggerakkan tubuh.