Namun di sisi lain, Reinhart menyebut ada sisi kelogisan dari tuduhan imajinasi babi ngepet kepada orang kaya. Tuduhan babi ngepet dipakai para petani untuk memberikan kesan buruk kepada rekan sesama petani bahwa orang-orang kaya itu adalah para kapitalis jahat. Maksudnya, orang kaya itu harus dijauhi karena berbahaya bagi kehidupan para petani.
Alasannya karena sewaktu-waktu orang kaya tersebut mampu membeli sumber daya para petani, seperti sawah atau hasil taninya secara murah, yang jika terjadi petani tersebut akan mengalami kemiskinan dan terjerat dalam utang.
Baca Juga:
Mengungkap Rahasia Alam: Gempa Bumi Ternyata Kunci Pembentukan Bongkahan Emas
"Jadi, tuduhan dan imajinasi babi ngepet bisa dikatakan sebagai upaya mitigasi petani. Agar menjauhi orang kaya, agar tidak menjadi kaya, dan agar tidak terpengaruh orang kaya supaya tidak terjerumus ke dalam kesesatan," tambahnya.
Karena masyarakat Indonesia selama bertahun-tahun bercorak agraris, maka imajinasi dan tuduhan babi ngepet terus berakar, tertanam, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Hal inilah, kata Reinhart, "masih bertahan hingga sekarang karena masyarakat kita belum sepenuhnya beralih ke industri. Apalagi masih banyak pula yang masih rendah secara pendidikan dan ekonomi." [tum/cnbc Indonesia]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.