WahanaNews.co | Wilayah Bandung Raya dilanda suhu lebih dingin dibanding biasanya. Faktor cuaca ekstrem disebut sebagai pemicu utama.
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Bandung Muhamad Iid Mujtahidin mengatakan suhu yang lebih dingin itu merupakan faktor dari cuaca ekstrem yang terjadi pada akhir 2022.
Baca Juga:
Demi Pemilu Damai, Ribuan Jamaah Doa Bersama Jelang Hari Pencoblosan di Masjid Raya Bandung
Dia pun memperkirakan suhu dingin itu bakal berlangsung hingga 2 Januari 2023.
"Kondisi cuaca dalam beberapa hari ke depan relatif dingin," kata Iid di Bandung, Jawa Barat, dikutip dari Antara.
Pada Rabu (28/12), menurut dia, suhu di Kota Bandung tercatat 25 derajat Celsius pada siang hari dan 19 derajat Celsius pada malam hari.
Baca Juga:
Edu Passion SMAN 3 Bandung, Bey Machmudin: Jangan Takut Kuliah di Luar Bandung
Dalam kondisi normal, kata dia, rata-rata suhu paling tinggi di Kota Bandung yakni sekitar 29 derajat Celsius. Sementara, suhu paling rendah berada pada angka 20 derajat Celsius.
Terpisah, Kepala Stasiun Geofisika BMKG Kota Bandung Teguh Rahayu memperkirakan cuaca ekstrem selama periode Natal dan Tahun Baru 2023 ini akan berlangsung hingga 6 Januari 2023.
Cuaca ekstrem ini sendiri dipicu oleh masih aktifnya Monsun Asia dan masih teridentifikasinya seruak dingin dan arus lintas ekuator.
"Termasuk juga masih aktifnya MJO + Kelvin + Rosby dan pola tekanan rendah Ex-Siklon Tropis Ellie di Australia," demikian pernyataan Rahayu dalam keterangan tertulis.
Monsun Asia merupakan fenomena yang terkait pergeseran pola angin musiman yang signifikan di wilayah yang meliputi anak benua India, Asia Tenggara, dan Cina. Fenomena ini juga kerap memicu peningkatan tinggi gelombang di kawasan pesisir
Seruak dingin (cold surge) adalah aliran massa udara dingin yang berasal dari daratan Asia sekitar Tibet lewat Laut China Selatan hingga ke wilayah Indonesia bagian barat saat monsun Asia musim dingin.
Sementara, pusat tekanan rendah memicu peningkatan pertumbuhan awan konvektif yang cukup masif dan berpotensi menyebabkan hujan dengan intensitas tinggi, peningkatan kecepatan angin permukaan, serta peningkatan tinggi gelombang di sekitarnya.
MJO, yang merupakan kependekan dari Madden Julian Oscillation, merupakan anomali sirkulasi atmosfer berskala besar yang menyebar ke timur yang berasal dari atas Samudra Hindia Barat, terbatas pada daerah tropis, dan bergerak dengan kecepatan sekitar 5-10 meter per detik dengan durasi 30 - 60 hari.
Selain itu, gelombang Kelvin merupakan gelombang atmosfer yang memiliki arah penjalaran mirip seperti MJO, yaitu ke arah timur, namun dengan periode gelombang jauh lebih pendek, yakni 2,5 hingga 20 hari.
Adapaun Equatorial Rossby waves (gelombang Rossby Ekuator) merupakan gelombang atmosfer yang bergerak ke arah barat di sepanjang wilayah ekuator (20 Lintang Utara - 20 Lintang Selatan) dengan periode kurang dari 72 hari yang umumnya bisa bertahan 7-10 hari di Indonesia.
"Selama sepekan ke depan (periode 30 Desember 2022 hingga 6 Januari 2023), wilayah Jawa Barat masuk ke dalam status siaga dalam prakiraan berbasis dampak hujan lebat. Potensi hujan lebat ini juga disertai cuaca ekstrem dan angin kencang," tandas Rahayu. [eta]