WahanaNews.co | Belakangan ini beberapa wilayah negara tetangga di Asia mengalami cuaca ekstrem. Mulai dari malapetaka iklim yang menjelma dari hujan monsun di Pakistan, gelombang panas di Cina, dan yang terbaru, supertaifun di Taiwan.
Ketiganya dipastikan tidak berdampak secara langsung terhadap di Indonesia yang sebagian wilayahnya sudah ada yang memasuki awal musim hujan pada bulan ini. Disebutkan, faktor pengendali pembentukan cuaca dan iklim di wilayah Indonesia yang saat ini signifikan adalah La Nina yang aktif tapi dalam kategori lemah.
Baca Juga:
BMKG Perkirakan Sebagian Besar Wilayah Sulawesi Utara Akan Mengalami Cuaca Ekstrem
"La Nina yang aktif dalam kategori lemah meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di Indonesia bagian barat dan timur,” kata Kiki, seorang prakirawan di BMKG, Kamis 1 September 2022.
Dalam konferensi pers Prakiraan Musim Hujan 2022/2023 pada Rabu lalu juga dinyatakan faktor dari Samudera Pasifik ini terus melemah dan menjadi netral tepat saat musim hujan memuncak Desember nanti. Faktor lainnya adalah IOD negatif dari Samudera Hindia, tapi ini pun diprediksi hanya bertahan sampai November.
Tentang banjir Pakistan, Kiki menuturkan, yang terjadi berbeda dari musim hujan yang menjelang di Indonesia--yang diperkirakan bakal normal berdasarkan rata-rata klimatologisnya.
Baca Juga:
Siklon Tropis Yinxing Terpantau Dekati Indonesia, Ini Wilayah yang Terancam Cuaca Ekstrem
Menurut dia, musim hujan di Pakistan sangat basah dibandingkan normalnya. Dampaknya, sepertiga wilayah negara itu terendam banjir dan lebih dari 1.100 orang tewas.
“Dilaporkan, curah hujan di beberapa wilayah di Pakistan meningkat hingga delapan kali lipat dari normalnya,” kata Kiki.
Dalam keterangannya, Menteri Iklim Pakistan, Sherry Rehman, mengungkap kalau satu kota kecil, Adidan, di Pakistan sebelah selatan telah menerima hujan hingga 1.700 milimeter dalam sehari. Sebagai ilustrasi, BMKG mendefinisikan curah hujan 100-150 mm per hari sebagai hujan yang sangat lebat.