Sesuai mekanisme terjadinya, sebanyak 80 persen tsunami terjadi di Ring of Fire yang merupakan zona subduksi. Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di Ring of Fire, sehingga sangat rentan mengalami gempa bumi dan tsunami.
Baca Juga:
Enam Gunung Api Berstatus Siaga dan Awas, Badan Geologi Peringatkan Bahaya Erupsi
Tsunami Akibat Letusan Gunung Berapi
Letusan gunung berapi bisa menyebabkan tsunami jika letusan tersebut memiliki kekuatan getaran atau menghasilkan gempa vulkanik yang sangat besar. Gunung berapi yang memicu tsunami tidak hanya gunung di bawah laut, namun juga di darat, namun biasanya yang terletak dekat dengan laut.
Salah satu contoh tsunami akibat letusan gunung berapi adalah tsunami Banten tahun 2018 yang disebabkan letusan Gunung Anak Krakatau. Contoh lainnya adalah letusan Gunung Krakatau tahun 1883 yang menewaskan lebih dari 36.000 jiwa.
Baca Juga:
Lewotobi Laki-Laki di NTT Meletus Lagi, BPBD Minta Warga Hindari Radius 3 Kilometer
Sesuai dengan penjelasan di atas, umumnya longsor bawah laut merupakan kejadian sekunder dari gempa berkekuatan menengah. Walaupun begitu, longsor itu juga bisa memicu perubahan dasar laut yang menyebabkan pergerakan air di atasnya.
Sama seperti yang terjadi ketika gempa bumi, air akan membuat gelombang besar untuk mencapai keseimbangan atau equilibrium dengan bentuk dasar laut yang baru setelah terjadinya longsor bawah laut. [bay]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.