WahanaNews.co | Pertamina menyangkal isu yang menyebut pembelian BBM bersubsidi Pertalite cuma bisa dilakukan menggunakan aplikasi MyPertamina.
Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting mengatakan pembelian BBM bersubsidi masih bisa dilakukan dengan cara konvensional sampai saat ini.
Baca Juga:
Tim Resmob Polda Sulut Ungkap Penimbunan Solar Subsidi di Minahasa
"Kalau ada yang mengaitkan dengan pembelian harus pakai aplikasi, ini yang salah informasi. Pembayaran BBM bersubsidi masih bisa menggunakan cash maupun nontunai juga," tegas Irto.
Seperti diketahui, Aplikasi MyPertamina saat ini sedang banyak digunakan masyarakat karena dipakai untuk uji coba pembelian BBM subsidi, Pertalite dan Solar, di 11 daerah pada 1-30 Juli 2022.
Sebab itu, aplikasi sempat menjadi buruan masyarakat yang ingin membeli Pertalite maupun Solar.
Baca Juga:
Kebakaran SPBU Subulussalam, Diduga Akibat Korsleting pada Mobil saat Pengisian BBM
Sejak penggunaannya meningkat banyak warga menanggapi pemakaian aplikasi yang sebagian di antaranya mengungkap respons melalui tagar #MyPertaminaUnFaedah. Tagar ini sempat trending topic di Twitter.
Rating aplikasi Android MyPertamina di Playstore saat ini 1,2 setelah 224 ribu review dan sudah diunduh lebih dari 5 juta kali. Sementara versi iOS di App Store terlihat 2,3 dari sekitar 13.400 ulasan.
Menanggapi penilaian tersebut, Irto menyebut hal itu sebagai kritikan.
"Bahwa bila ada yang memberikan penilaian kurang untuk aplikasi MyPertamina, sebagai masukan dan kritikan, tentu kami terima untuk perbaikan ke depan," jelasnya.
Di sisi lain, penerapan aplikasi MyPertamina dikeluhkan Organisasi Angkutan Darat (Organda) Sukabumi, Jawa Barat. Mereka meminta sopir angkutan umum (angkot) mendapat pengecualian untuk tidak menggunakan aplikasi tersebut.
"Meskipun untuk Kabupaten Sukabumi belum tahu kapan akan diberlakukannya pembelian BBM subsidi melalui aplikasi MyPertamina, tetapi sopir angkot maupun angkutan umum (non daring) lain resah karena mayoritas dari mereka tidak memiliki smartphone atau handphone android," Sekretaris Organda Kabupaten Sukabumi Dede Abdul Latif di Sukabumi, Jumat (1/7).
Menurut Dede, mayoritas dari ribuan sopir angkot di Kabupaten Sukabumi masih belum melek teknologi. Oleh karena itu, jumlah sopir yang menggunakan ponsel android bisa dihitung pakai jari.
"Mayoritas dari sopir angkot belum terbiasa bertransaksi secara Online apalagi harus melakukan scan barcode. Kami pun mengkhawatirkan akan terjadi antrean panjang angkot di SPBU," kata Dede.[zbr]