WahanaNews.co | Pesawat milik Yeti Airlines yang terbang dari Kathmandu dan membawa 72 orang dilaporkan jatuh di Nepal, Minggu (15/1).
Di tengah perjalanan, pesawat menabrak jurang yang terletak di antara bandara lokal Pokhara dan bandara internasional baru, sesaat sebelum pukul 11.00 waktu setempat.
Baca Juga:
Duta Besar RI Untuk Bangladesh Tinjau Latihan MPE 24 Shanty Prayas IV
Sejauh ini, 68 orang dinyatakan tewas dalam kecelakaan tersebut dengan 15 orang di antaranya warga negara asing (WNA). Otoritas penerbangan sipil Nepal melaporkan dari total 68 penumpang, 37 orang di antaranya adalah laki-laki, 25 perempuan, tiga anak-anak, dan tiga bayi, seperti dikutip CNN.
Daerah Nepal disebut sebagai salah satu wilayah dengan risiko tinggi untuk terbang bagi pesawat. Mengutip CNN, sejumlah pakar menyebut hal itu disebabkan cuaca buruk, visibilitas rendah dan topografi pegunungan.
Berdasarkan data laporan otoritas keselamatan terbang Nepal 2019, 'topografi ekstrem' juga menjadi 'tantangan luar biasa' untuk para pilot.
Baca Juga:
Ini 5 Negara Tidak Pernah Dijajah, Ada Tetangga Indonesia
"Keragaman pola cuaca bersama dengan topografi yang ekstrem merupakan tantangan utama di sektor operasional pesawat terbang di Nepal," demikian ditulis laporan tersebut.
Melansir CNN Indonesia, Nepal diketahui merupakan rumah delapan dari 14 pegunungan tertinggi di dunia termasuk Everest. Hal itu menjadikan Nepal salah satu obyek wisata pendakian paling populer di dunia.
Di saat bersamaan, lanskap tersebut membuat navigasi udara menjadi sangat sulit. Hal itu dikarenakan cuaca buruk serta penggunaan pesawat berukuran kecil yang sangat umum digunakan.
Jenis pesawat tersebut dipilih untuk menyesuaikan landasan yang rata-rata berada di daerah pegunungan dan terpencil. Padahal dibanding pesawat besar, menurut laporan tersebut pesawat yang berpenumpang 19 orang atau sedikit itu lebih riskan terkena kecelakaan.
Situasi pun diperburuk dengan kurangnya investasi untuk meremajakan pesawat yang mulai menua.Pada 2015, Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) yang menjadi salah satu badan PBB, memprioritaskan Nepal dalam program Aviation Safety Implementation Assistance Partnership.
Dua tahun kemudian, ICAO dan Nepal mengumumkan kerjasama untuk menyelesaikan masalah keselamatan. Kendati ada perbaikan, sejumlah kecelakaan terbang tetap terjadi.
Kecelakaan terjadi antara lain pada 2016, 2018, dan Mei 2022. Kecelakaan Yeti Air, Senin waktu setempat sendiri menjadi yang terburuk ketiga dalam sejarah penerbangan Nepal. [eta]