WAHANANEWS.CO, Jakarta - Sebuah pesawat antariksa milik Uni Soviet, Kosmos 482, akhirnya jatuh ke Bumi setelah lebih dari lima dekade mengorbit.
Wahana ini dipastikan jatuh di wilayah perairan Indonesia, tepatnya di Samudra Hindia sebelah barat Jakarta.
Baca Juga:
Megawati Soekarnoputri Ziarah Ke Makam Korban Pengepungan Leningrad di Rusia
Informasi ini dikonfirmasi oleh Badan Antariksa Rusia (Roscosmos) yang memantau langsung pergerakan objek sejak memasuki kembali atmosfer.
Dalam laporan resminya, Roscosmos menyatakan bahwa Kosmos 482 menembus lapisan atmosfer padat pada Sabtu (10/5/2025), pukul 09.24 waktu Moskow, atau sekitar 560 kilometer sebelah barat Pulau Andaman Tengah, lalu jatuh di lautan lepas barat Jakarta.
Wahana antariksa ini awalnya diluncurkan pada tahun 1962 sebagai bagian dari misi Soviet untuk meneliti planet Venus.
Baca Juga:
Salah Satu Pencipta Bom Hidrogen Ditemukan Tewas, Diduga Bunuh Diri di Moskow
Namun, kerusakan pada sistem pendorong membuatnya gagal meninggalkan orbit Bumi dan sejak itu terjebak di luar angkasa selama 53 tahun.
Selama bertahun-tahun, Kosmos 482 terus diawasi oleh sejumlah lembaga internasional, termasuk Komando Antariksa Amerika Serikat dan Pusat Operasi Pengawasan Antariksa Uni Eropa.
Orbitnya yang tidak biasa, ditambah dengan variabel cuaca luar angkasa, membuat prediksi lokasi jatuhnya menjadi tantangan besar.
"Objek ini terus dipantau oleh sistem peringatan otomatis untuk situasi berbahaya di orbit rendah Bumi," tulis Roscosmos melalui kanal Telegram resminya, dikutip dari The Age.
Badan Antariksa Eropa (ESA) pun sempat memperkirakan wahana itu akan jatuh di area antara 52 derajat lintang utara hingga 52 derajat lintang selatan.
Ketika tidak terdeteksi radar Jerman pada pukul 07:32 UTC, ESA menyimpulkan re-entry telah terjadi.
Wahana Kosmos 482 dirancang tangguh untuk bertahan di permukaan Venus yang ekstrem, dengan suhu mencapai 477 derajat Celsius dan tekanan atmosfer lebih dari 90 kali lipat Bumi.
Kekuatan struktur inilah yang menyebabkan pesawat bisa bertahan begitu lama di orbit sebelum akhirnya kembali jatuh ke planet asalnya.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]