WahanaNews.co | Ahli fisika sekaligus salah satu pencipta bom hidrogen pertama Uni Soviet (saat ini Rusia), Grigory Klinishov, ditemukan tewas diduga bunuh diri di apartemennya di Moskow.
Layanan darurat Rusia menyatakan Klinishov meninggal karena bunuh diri. Ia ditemukan tewas pada 17 Juni di Kosmodemyanskaya oleh putrinya.
Baca Juga:
Mengenal 2S4 Tyulpan, Mortar Raksasa Tua yang Jadi Momok Pasukan Ukraina
Kantor berita Rusia, Regnum, melaporkan bahwa putri fisikawan nuklir itu berbicara dengan ayahnya sesaat sebelum meninggal. Setelah berbincang, sang putri meninggalkan apartemen selama beberapa jam.
Kemudian saat kembali ke apartemen, dia menemukan tubuh ayahnya terkulai. Putri Klinishov juga menemukan catatan di samping jasad ayahnya yang berisi ucapan selamat tinggal untuk orang-orang terkasih, demikian dikutip Newsweek.
Klinshov mengalami kesedihan akut usai istrinya meninggal dunia. Ia juga dilaporkan memiliki masalah kesehatan mental.
Baca Juga:
Mengenal Drone TU-141, Senjata Tua yang Dibangkitkan Kembali di Perang Ukraina
Selama ini, Klinishov dikenal sebagai salah satu pencipta bom termonuklir dua tahap pertama Uni Soviet atau bom hidrogen, RDS-37. Pihak berwenang melakukan uji coba pada November 1955 dan menewaskan tiga orang.
Bom tersebut meledak di udara dan menghasilkan ledakan yang jauh lebih kuat dari dugaan. Sekitar tujuh menit usai RDS-37 diledakkan, ketinggian awan radioaktif mencapai 13 hingga 14 kilometer dan diameternya hampir mencapai 30 kilometer.
Ilmuwan fisika ini lahir di Ryazan pada 30 Oktober 1930. Ia menempuh pendidikan di Institut Fisika Teknik Moskow (sekarang Universitas Nuklir Riset Nasional/MEPhI).