WAHANANEWS.CO, Jakarta - Institut Teknologi Bandung (ITB) menjalin kerja sama strategis dengan Curtin University, Australia, untuk mengembangkan riset dalam bidang daur ulang baterai lithium-ion.
Kolaborasi ini diarahkan pada penciptaan ekosistem yang berkelanjutan, mulai dari tahap desain baterai hingga proses daur ulang akhir.
Baca Juga:
Tragis, Mahasiswi FITB ITB Meninggal Dunia Usai Tertabrak Truk Tronton
Inisiatif ini muncul sebagai respon terhadap meningkatnya kebutuhan akan sistem penyimpanan energi yang ramah lingkungan di tengah pertumbuhan pesat industri kendaraan listrik di Indonesia.
Penelitian tersebut telah berlangsung selama sembilan bulan terakhir dan melibatkan lima peneliti dari dua institusi, dengan latar belakang keilmuan yang beragam.
Asisten Profesor ITB, Bentang Arief Budiman, yang juga bertindak sebagai Peneliti Utama, menekankan pentingnya pendekatan lintas disiplin untuk memperoleh hasil yang menyeluruh.
Baca Juga:
Penahanan Mahasiswi Kasus Meme Tak Senonoh Prabowo-Jokowi Ditangguhkan Bareskrim
Ia menyatakan bahwa keberhasilan daur ulang sangat bergantung pada bagaimana baterai dirancang sejak awal.
“Sebenarnya yang perlu di-highlight adalah ini from design process to recycling. Recycle itu akan efektif kalau sudah dipikirkan sejak design process,” ujar Bentang dalam forum diskusi KONEKSI bertajuk ‘Daur Ulang Baterai untuk Ekosistem Kendaraan Listrik Berkelanjutan’ yang diselenggarakan di Menara Kadin, Jakarta, Kamis (31/7/2025).
Lebih lanjut, Bentang mengungkapkan bahwa tim penelitinya tengah berupaya merancang model baterai yang memungkinkan perakitan dan pembongkaran dilakukan dengan lebih efisien.
Hal ini bertujuan untuk mengurangi biaya dan kompleksitas dalam tahap daur ulang.
Baterai lithium-ion tergolong limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang perlu penanganan khusus.
Selain itu, ketersediaan bahan baku seperti lithium di Indonesia masih terbatas.
Oleh karena itu, Curtin University menjadi mitra penting dalam riset ini karena Australia memiliki salah satu cadangan lithium terbesar di dunia.
Riset ini tidak hanya menargetkan efisiensi dalam proses recycling, tetapi juga menekankan pentingnya strategi reuse atau penggunaan ulang sebelum daur ulang dilakukan.
Strategi ini dinilai akan memberikan dampak yang lebih optimal dalam pengelolaan limbah baterai secara jangka panjang.
“Hipotesis penelitian kami nyatakan bahwa semakin baterai itu digunakan di ujung, maka efektivitas recycle lebih tinggi,” jelas Bentang.
Ia menyebut, pendekatan ini akan berkontribusi besar terhadap efisiensi proses daur ulang di masa depan.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]