WahanaNews.co, New York - Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST) yang dimiliki oleh Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA) baru-baru ini berhasil mendeteksi "monster" di ruang angkasa.
Monster tersebut ternyata merupakan sebuah galaksi berdebu yang secara aktif menghasilkan ratusan bintang setiap tahun.
Baca Juga:
Bumi Deteksi Sinyal Misterius dari Jarak 16.000 Tahun Cahaya, Siapa Pelakunya?
Tim astronom dari The University of Texas, Austin, menemukan formasi merah yang mencolok dalam data teleskop, mengidentifikasi galaksi AzTECC71 yang terbentuk sekitar 900 juta tahun setelah peristiwa Big Bang.
Dalam representasi seniman terhadap AzTECC71, galaksi tersebut tampak seperti hantu dengan mata dua dan mulut besar yang terbuka seakan sedang berseru.
Penting untuk dicatat bahwa semua gambar JWST merupakan visualisasi data yang direkonstruksi oleh seniman, bukan foto langsung dari objek astronomis ini.
Baca Juga:
Jadi Raja 'Sumber Emas' di Luar Angkasa, Asteroid Ini Bernilai US$ 100.000 Kuadriliun!
Penemuan ini, sebagaimana dilaporkan oleh Daily Mail pada Rabu (6/12/2023), memiliki potensi untuk mengubah pandangan ilmuwan terhadap alam semesta awal.
Sebelumnya, para ilmuwan meyakini bahwa pembentukan bintang masif adalah suatu kejadian yang jarang terjadi, namun penemuan ini membuka kemungkinan baru dalam pemahaman kita tentang proses pembentukan bintang di alam semesta.
Namun, galaksi memperkirakan bahwa pembuatan bintang masif mungkin terjadi tiga hingga 10 kali lebih umum.
Peneliti postdoctoral di The University of Texas Jed McKinney mengatakan temuan benda ini adalah monster yang nyata.
Meski terlihat seperti gumpalan kecil, sebenarnya dia membentuk ratusan bintang baru setiap tahunnya.
"Dan fakta bahwa sesuatu yang ekstrem sekalipun hampir tidak terlihat dalam pencitraan paling sensitif dari teleskop terbaru kami sangat menarik bagi saya. Hal ini berpotensi memberi tahu kita bahwa ada banyak populasi galaksi yang bersembunyi dari kita," kata dia.
McKinney dan timnya menggunakan data yang diperoleh dari NASA untuk melakukan pemetaan alam semesta dalam rangka proyek The COSMOS-Web yang bertujuan untuk mengidentifikasi satu juta galaksi.
Awalnya, teleskop berbasis darat berhasil mendeteksi keberadaan gumpalan cahaya yang disebut AzTECC71, tetapi sayangnya, gumpalan tersebut hilang sepenuhnya dalam citra yang dihasilkan oleh Teleskop Luar Angkasa Hubble.
Galaksi yang kaya debu seringkali sulit untuk diobservasi karena sebagian besar cahaya dari bintang-bintangnya diserap oleh lapisan debu dan dipancarkan kembali pada panjang gelombang yang lebih merah.
Namun, kemampuan Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST) untuk menangkap sifat-sifat inframerah memungkinkan peneliti untuk mengatasi hambatan ini.
“Sampai saat ini, satu-satunya cara kita bisa melihat galaksi di awal alam semesta adalah dari perspektif optik menggunakan Hubble. Itu berarti pemahaman kita tentang sejarah evolusi galaksi menjadi bias karena kita hanya melihat galaksi yang tidak tertutupi dan tidak terlalu berdebu," ujarnya.
Teleskop James Clerk Maxwell di Hawaii mendeteksi AzTECC71 untuk pertama kalinya dengan menangkapnya pada panjang gelombang tertentu.
Dalam rangka proyek COSMOS-Web, tim peneliti memeriksa objek tersebut menggunakan data yang dikumpulkan oleh kelompok lain dengan menggunakan teleskop ALMA di Chili.
Teleskop ini memiliki resolusi spasial lebih tinggi dan kemampuan untuk mengamati dalam spektrum inframerah.
Dengan bantuan teleskop ALMA, tim COSMOS-Web dapat menyempitkan lokasi asal AzTECC71.
Ketika mereka mengamati data dari Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST) pada panjang gelombang 4,44 mikron, para peneliti berhasil menemukan galaksi redup di lokasi yang sama.
Saat ini, tim peneliti berupaya untuk mengungkap lebih banyak galaksi redup ini dengan menggunakan data dari JWST.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]