Patahan ini digambarkan dengan garis putus-putus tegak lurus dari Desa Nagrak hingga Desa Ciherang ke arah timur laut.
Ia juga mengatakan bahwa gempa Cianjur merupakan jenis gempa tektonik kerak dangkal.
Baca Juga:
Sambut Masa Tenang Pilkada Jakarta, KPU Jakbar Gelar Panggung Hiburan Rakyat
"Hasil monitoring BMKG hingga Kamis, 8 Desember 2022, pukul 12.00 WIB telah terjadi sebanyak 402 kali gempa susulan yang makin melemah secara fluktuatif, dengan frekuensi kejadian makin jarang. Magnitudo terbesar 4,3 dan terkecil 1,0," ujarnya.
Dwikorita mengatakan pihaknya menganalisis sumber gempa itu, selain via focal mechanism dan sebaran titik gempa-gempa susulan, dengan memakai analisis citra satelit dan foto udara.
Tak ketinggalan, pihaknya melengkapi itu dengan survei lapangan terhadap pola sebaran dan karakteristik surface rupture (retakan/rekahan permukaan tanah), sebaran titik longsor, kelurusan morfologi, dan pola sebaran kerusakan.
Baca Juga:
Sekjen GEKIRA Partai Gerindra: Pemilukada Damai Bukti Rakyat Cerdas
Dengan temuan baru patahan Cugenang ini, Dwikorita mengungkap jumlah sesar aktif yang teridentifikasi di Indonesia mencapai 296.
"Jadi di Indonesia ini sudah identifikasi 295 patahan aktif. Namun patahan Cugenang yang ini belum termasuk yang teridentifikasi. Jadi ini yang baru saja ditemukan atau teridentifikasi," ujarnya.
Sebelumnya, sejumlah pakar meragukan pernyataan soal sumber gempa Cianjur dari sesar Cimandiri, salah satu dari sesar aktif yang terdeteksi di Jabar. Pasalnya, lokasi sumber gempa cukup jauh dari peta sesar tersebut.