WahanaNews.co, Jakarta – Dampak dari eskalasi konflik global, Defend ID, holding industri pertahanan dalam negeri, mengakui bahwa rantai pasokan atau supply chain alat peralatan pertahanan dan keamanan (alpalhankam) terganggu.
“Challenge buat kami adalah terganggunya supply chain dunia. Seperti yang kita lihat, konflik di Laut Merah itu menyebabkan biaya logistik tinggi. Yang tadinya komponen yang kita import dari Eropa itu lewat Terusan Suez, sekarang terpaksa memutar,” ujar Direktur Utama Defend ID Bobby Rasidin saat peringatan hari ulang tahun (HUT) ke-2 Defend ID di Graha Pindad, Bandung, Sabtu (27/4/2024) melansir Kompas.com.
Baca Juga:
Ini Spesifikasi dan Kelebihan Kapal Perang LPD Buatan RI yang Dipesan Filipina
Diketahui, kondisi geopolitik di Timur Tengah saat memanas setelah Iran meluncurkan serangan drone dan rudal ke Israel yang kemudian direspons oleh negara Yahudi itu. Belum lagi, perang Rusia-Ukraina yang belum mereda.
Selain itu, lanjut Bobby, waktu pengiriman dan produksi lebih panjang akibat konflik global. Ditambah, inflasi yang tinggi.
“Kemudian kita tahu juga The Fed mempertahankan suku bunganya untuk jangka panjang. Ini tentunya mengakibatkan komponen material cost dari produksi kami akan ter-impact juga,” tutur Bobby.
Baca Juga:
Kapal Selam Indonesia 'Alugoro-405' Sabet Predikat Zero Defect
Namun, lanjut Bobby, konflik di mana-mana membuat kesempatan Defend ID untuk mengembangkan pasar goblal semakin terbuka. Hal ini karena negara-negara di dunia berlomba menaikkan anggaran pertahanan mereka.
“Ini tentunya opportunity yang luas sekali buat Defend ID untuk mengembangkan pasar globalnya,” ujar Bobby.
Sebagai informasi, Defend ID adalah holding industri pertahanan dalam negeri yang beranggotakan PT Len Industri, PT Dahana, PT Pindad Persero, PT Dirgantara Indonesia, dan PT PAL Indonesia.