WahanaNews.co, Jakarta - Habiburokhman, Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, mengkritik pernyataan Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto yang telah menuduh sembarangan terkait penganiayaan 7 relawan Ganjar Pranowo-Mahfud MD di Boyolali, Jawa Tengah, yang dilakukan 15 prajurit.
Sebelumnya, Hasto telah menyebut nama Prabowo saat mengomentari insiden penganiayaan tersebut. Dia menduga keterlibatan simpatisan Prabowo di TNI terkait dengan kejadian tersebut.
Baca Juga:
Presiden Prabowo Terima Tanda Kehormatan Darjah Kerabat Johor di Malaysia
Habiburokhman menyatakan keprihatinannya terhadap tudingan sembarangan yang dilontarkan oleh Hasto.
"Kami prihatin dengan sahabat kami Pak Hasto yang biasanya bijaksana, kok sekarang asal tuduh seperti itu," ujar Habiburokhman, melansir Kompas.com, Selasa (2/1/2024).
Menurut Habiburokhman, Hasto adalah tokoh politik yang sangat disegani.
Baca Juga:
Indonesia Menuju Kemandirian Energi, Prabowo Resmikan 37 Proyek Strategis Ketenagalistrikan
Seharusnya, kata dia, Hasto bisa menghindari narasi yang bernada provokatif seperti itu.
"Kasus ini kan sedang diusut oleh pihak yang berwenang, kita jangan berasumsi secara prematur yang bisa menjadi fitnah," ucapnya.
"Kalau mau berasumsi, ada juga pihak yang berasumsi sebaliknya bahwa insiden itu terjadi karena pengendara motor yang arogan dan mengganggu ketertiban dengan knalpot brong. Tapi para pemimpin atau elite sebaiknya jangan lah berasumsi," sambung Habiburokhman.
Maka dari itu, Habiburokhman menilai ucapan elite seperti Hasto bisa disalahpahami oleh masyarakat di akar rumput.
Dia menyarankan Hasto dan semua pihak untuk saling menahan diri terkait peristiwa penganiayaan relawan Ganjar-Mahfud.
Sementara itu, Sekretaris TKN Prabowo-Gibran, Nusron Wahid meminta Hasto tidak berlebihan dalam menarik kesimpulan.
"Pak Hasto sebaiknya juga tidak berlebihan dalam menarik kesimpulan, seperti drama sinetron yang mendayu-dayu," kata Nusron.
Nusron meminta agar Hasto mengintrospeksi dan menasihati pendukung supaya tetap menjaga sopan santun dan tata krama dalam berkampanye.
"Supaya tidak terulang-ulang kejadian di Pati, di mana Ketum PSI Mas Kaesang digeruduk dengan menggunakan sepeda motor pakai knalpot keras. Hal yang sama juga di Boyolali. Tidak menutup kemungkinan daerah yang lain juga," imbuhnya.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI-P Hasto Kristiyanto mengatakan PDI-P memprotes keras tindakan oknum TNI yang menganiaya relawan Ganjar Pranowo-Mahfud MD di Boyolali, Jawa Tengah.
Hasto menyebut PDI-P sangat menyesalkan terjadinya tindak kekerasan dan penyiksaan tersebut.
Hasto bahkan menyebut-nyebut Menteri Pertahanan dan calon presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto. Dia menyatakan protes keras terhadap perilaku sejumlah anggota TNI yang diduga terlibat dalam penganiayaan.
Hasto menduga bahwa oknum TNI tersebut mungkin memiliki simpatisan di dalamnya yang terhubung dengan Prabowo karena keduanya memiliki latar belakang militer.
Meskipun sebelumnya Prabowo telah diberhentikan dari TNI, Hasto menekankan kecurigaannya terhadap keterlibatan elemen-elemen di dalam militer.
“Kami protes keras atas tindakan oknum TNI tersebut. Para oknum TNI tersebut bertindak seperti itu diduga karena ada elemen-elemen di dalam TNI yang jadi simpatisan Pak Prabowo karena sama-sama berlatar belakang militer. Padahal Prabowo sudah diberhentikan dari TNI," ujar Hasto, Minggu (31/12/2023).
Dalam diskusi dengan salah satu tokoh HAM guna mencari akar kekerasan oleh oknum TNI tersebut, Hasto menduga bahwa tindak kekerasan tersebut berawal dari kerancuan Prabowo sebagai Menhan dan sebagai capres.
Sehingga, kata dia, tercipta kesan adanya ‘emotional bonding’ di kalangan oknum TNI tertentu dengan Prabowo.
“Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya tanggapan Pak Prabowo yang mengutuk aksi kekerasan tersebut," pungkasnya.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]