WahanaNews.co | Peradaban Romawi Kuno terkenal karena kebengisan para diktatornya.
Mereka akan menghalalkan segala cara demi meraup keuntungan pribadi
masing-masing.
Akan tetapi, di balik kerasnya para
penguasa Romawi Kuno, selalu ada sosok perempuan lemah lembut yang memiliki
peran penting di hidup mereka.
Baca Juga:
Tolong Bantu Cari! Efriani Halawa Bocah 9 Tahun di Gunungsitoli Dilaporkan Hilang
Perempuan tersebut bisa jadi seorang
ibu atau istri yang memberikan berbagai macam pengaruh kepada para penguasa
Romawi Kuno.
Selain sosok ibu dan istri, ada pula
beberapa perempuan yang berhasil mengambil peran dan sangat berpengaruh di
pemerintahan Romawi Kuno pada masanya.
Siapa saja mereka? Simak uraiannya berikut ini.
Baca Juga:
Kemen PPPA Dorong Peran Strategis Perempuan Menuju Indonesia Emas 2045
1. Aurelia Cotta
Aurelia Cotta adalah ibu dari Gaius
Julius Caesar. Ia lahir di Roma pada tahun 120 Sebelum Masehi dan tumbuh bersama keluarga yang paling disegani seantero
Republik Romawi Kuno kala itu.
Ayahnya, Lucius Aurelius Cotta, adalah seorang konsultan pada tahun 119 sebelum masehi.
Aurelia Cotta terkenal karena
kepiawaiannya dalam mendidik anak-anaknya, yaitu Julia Mayor, Julia Minor, dan
sang diktator Romawi Kuno, Gaius Julius Caesar.
Menurut sejarawan Tacticus, Aurelia
Cotta adalah sosok ibu yang paling ideal atau yang populer disebut "Roman matron" pada era Romawi Kuno.
Begitu pula seorang penulis sejarah,
Plutarch, menuliskan bahwa Aurelia Cotta adalah seorang wanita yang
bijaksana.
Ia menjadi perempuan yang sangat
dihormati pada era Romawi Kuno.
Aurelia Cotta bersama keluarganya
sangat berpengaruh dalam mendidik dan melindungi anak-anaknya.
Karena sang suami, Gaius Julius Caesar
Mayor, sering bepergian, ia jadi menanggung sebagian besar tugas orangtua
dalam mendidik anak-anak mereka.
Peran Aurelia Cotta sebagai ibu terus
ia emban sepanjang masa, bahkan ketika ketiga anaknya tumbuh dewasa dan berumah
tangga.
Seperti yang ia lakukan ketika Gaius
Julius Caesar terlibat perseteruan dengan diktator Lucius Cornelius Sulla.
Caesar diperintahkan oleh Sulla untuk
menceraikan istrinya, Cornelia Cinna, hanya karena perempuan itu merupakan anak
dari rival Sulla.
Caesar pun menolak dan itu artinya
Caesar menempatkan dirinya dalam bahaya.
Akan tetapi, Aurelia Cotta datang
dengan membawa seluruh orang terkemuka di Romawi Kuno untuk memenangkan petisi
pengampunan Caesar, seperti yang ditulis oleh sejarawan Suetonius dalam bukunya
yang berjudul On Grammanians.
2. Cornelia Africana
Cornelia Africana adalah anak dari
seorang pahlawan Perang Punic Kedua, Scipio Africanus Mayor.
Cornelia disebut-sebut sebagai contoh
prototipe perempuan Romawi Kuno kala itu.
Ia juga mendapat gelar "Roman matron" karena kepiawaiannya dalam mendidik
anak-anaknya.
Berbeda dengan kebanyakan perempuan
bangsawan lain, Cornelia lebih memilih menghabiskan waktunya untuk menekuni
bidang sastra dan tulisan.
Ia juga memiliki andil besar dalam
investasi karier anak-anaknya di masa depan.
Seperti pencapaian dua putranya,
Tiberius dan Gaius Gracchus, dalam karir politik mereka di
pemerintahan Republik Romawi Kuno.
Melansir Heritage History, Gracchus bersaudara berhasil memasuki
pemerintahan Republik Romawi Kuno.
Hal tersebut tak lain berkat peran dan
dukungan Cornelia di belakang layar.
Gracchuss bersaudara memiliki rencana
yang mulia untuk memerjuangkan hak-hak rakyat golongan kelas bawah di Roma.
Rencana tersebut ditempuh keduanya
dengan mengupayakan reformasi pada bidang agraria.
Namun, banyak pihak di dalam senat
yang tak menyukai rencana tersebut.
Hingga pada akhirnya, Tiberius dan
Gaius Gracchus dibunuh oleh musuh-musuh mereka yang menentang reformasi
agraria.
Lalu bagaimana reaksi Cornelia saat
mengetahui kedua putranya terbunuh?
Cornelia menerima kabar kematian
putra-putranya dengan sangat terhormat.
Ia tahu bahwa kedua putranya sedang
memerjuangkan reformasi agraria yang mulia dan itu artinya baik Tiberius maupun
Gaius Gracchus meninggal dalam keadaan terhormat.
Cornelia sangat dikagumi dan
dipuji-puji oleh khalayak luas karena kecerdasan dan kebajikan semasa hidupnya.
Oleh karena itu, orang-orang di Roma
mendirikan sebuah patung untuk menghormati Cornelia setelah ia meninggal.
3. Fulvia
Fulvia adalah seorang politisi
perempuan pada masa Romawi Kuno. Ia terlahir dari keluarga politisi yang
memiliki hubungan baik dengan pemerintah Republik Romawi Kuno.
Tidak hanya di dunia politik, Fulvia
juga terlibat dalam dunia militer Republik Romawi Kuno pada saat itu.
Peranan Fulvia di dunia politik dan
militer Republik Romawi Kuno sangat terkenal, terutama ketika ia menikah dengan
seorang triumvir, Antony Marcus.
Seorang penulis sejarah, Plutarch, dalam bukunya menuliskan bahwa Fulvia adalah seorang perempuan
yang tak memikirkan pekerjaan rumah.
Ia lebih senang menemani Antony kemana
pun, bahkan ke tempat kamp para pasukan militer.
Keunggulan Fulvia dalam politik dan
militer Romawi Kuno sudah tidak diragukan lagi. Fulvia kerap kali menjadi orang
di balik layar kesuksesan karier politik Anthony Marcus.
Fulvia juga terkenal karena
kepiawannya dalam memengaruhi para penguasa Romawi Kuno dengan taktik politik
dan militer yang ia miliki.
Namun,
sayangnya, kisah cinta Fulvia dan Anthony tidak semulus karier keduanya dalam
dunia politik.
Anthony lebih memilih menetap di Egypt
bersama Cleopatra dibandingkan pulang ke Roma untuk Fulvia.
Bahkan di hari sebelum kematian
Fulvia, Anthony tetap tidak menemui Fulvia hingga maut benar-benar menjemput
Fulvia dengan damai.
4. Livia Drusilla
Livia Drusilla adalah istri dari
kaisar Romawi Augustus. Tidak hanya berperan sebagai istri, ia juga merupakan
penasihat dan orang kepercayaan kekaisaran suaminya.
Livia dan Augustus menjalani rumah
tangga yang harmonis selama 51 tahun.
Meskipun tidak dikaruniai seorang anak
dari pernikahannya dengan Augustus, Livia berhasil mendidik anak dari
pernikahan sebelumnya menjadi seorang kaisar Romawi selanjutnya, yakni Kaisar
Tiberius.
Livia merupakan prototipe matron para
bangsawan Romawi kuno pada saat itu.
Meskipun bergelimang harta, ia bersama
Augustus memilih untuk hidup dalam kesederhanaan di Bukit Palatium.
Penampilan Livia pun jauh dari kata
mewah, ia tidak suka memakai pakaian dan perhiasan yang berlebihan.
Livia juga terkenal karena
kesetiaannya pada Augustus. Ia selalu berada di samping Augustus untuk
mendukung segala bentuk kebijakan reformasinya.
Sungguh sebuah contoh rumah tangga
Romawi Kuno yang harmonis, bukan?
World History Encyclopedia dalam
lamannya menuliskan bahwa Augustus selalu menghargai pendapat Livia.
Oleh sebab itu, peran Livia diakui
oleh banyak orang di kekaisaran sebagai seseorang yang memiliki pengaruh
signifikan terhadap urusan administrasi kekaisaran suaminya.
Livia juga dikenal sebagai sosok yang
dermawan dan selalu menasihati August untuk menjadi sosok yang murah hati
kepada para musuh politiknya.
Setelah Augustus meninggal, Livia
diberi gelar kehormatan "Augusta" oleh Augustus.
Livia kemudian melanjutkan
pemerintahan kekaisaran Romawi dengan nama baru, Julia Augusta.
5. Hortensia
Hortensia adalah seorang orator ulung
pada era Republik Romawi Kuno. Salah-satu orasinya yang terkenal dan
berpengaruh adalah orasi yang menentang usulan perpajakan Triumvirat.
Pada masa itu, tiga orang triumvir,
Antony Marcus, Octavian, dan Lepidus memiliki usul untuk mengumpulkan dana
perang dengan mewajibkan pajak 1.400 properti perempuan ningrat di Romawi Kuno.
Usulan itu ditentang keras oleh
Hortensia dalam orasinya di Forum Romawi.
Melansir Britannica, Hortensia menyatakan bahwa para kaum perempuan ningrat
tidak akan memberikan dana untuk kepentingan perang yang mereka sendiri tak
terlibat di dalamnya.
Kemudian, ia melanjutkan jika
perempuan ningrat akan ikut andil dalam menentang musuh tapi tidak dengan
membayar perang.
Orasi Hortensia tersebut sontak
membuat tiga triumvir terkejut dan marah.
Namun, Hortensia tetap pada
pendiriannya untuk menentang usulan perpajakan yang ia rasa sangat merugikan
kaum perempuan ningrat.
Alhasil, setelah melalui perdebatan
panjang, para triumvir memberi keringanan dengan menurunkan harga pajak dan
menerapkannya juga pada laki-laki.
6. Helena
Helena adalah seseorang yang
berpengaruh dalam sejarah kepercayaan Kristen pada era Romawi Kuno.
Helena menikah dengan Konstantinus
Klorus yang kemudian ditunjuk sebagai kaisar Romawi kala itu.
Namun, Helena diceraikan setelah
Klorus naik takhta dengan alasan politis agar Klorus dapat menikahi anak kaisar
terdahulu, seperti yang ditulis oleh penulis sejarah,
Bernadette McCarver Snyder.
Dari pernikahannya dengan Kaisar
Konstantinus Klorus, ia melahirkan seorang anak yang bernama Konstantinus
Agung, calon kaisar Romawi Kuno selanjutnya.
Tiga belas tahun kemudian,
Konstantinus Agung resmi menjadi kaisar menggantikan ayahnya.
Karena Konstantinus Agung sangat
menyayangi ibunya, ia mengeluarkan ultimatum bagi seluruh orang di Romawi Kuno
untuk menghormati Helena.
Tidak hanya itu, wajah Helena pun
tercetak pada koin mata uang Romawi Kuno pada masa itu.
Helena terkenal karena ketaatannya
pada kepercayaan Kristen setelah Kaisar Konstantinus mengakui agama Kristen di
seluruh penjuru Romawi.
Kemudian Helena mengabdi kepada gereja
dan membangun banyak gereja di daerah-daerah seperti Palestina.
Helena juga dikagumi dan dipuji-puji
banyak orang karena sifat ramah-tamahnya kepada para tawanan, tentara, dan kaum
miskin.
Itulah beberapa perempuan yang
memiliki pengaruh besar pada masa Peradaban Romawi Kuno.
Peran perempuan bukanlah suatu hal
yang boleh diremehkan, apalagi pada zaman sekarang yang sudah modern.
Tidak ada lagi istilah patriarki yang
membatasi perempuan untuk terus berkarya. [qnt]