WahanaNews.Co | Tanpa
meninggalkan residu beracun, peneliti berhasil melakukan percobaan untuk
mengubah limbah plastik mikro menjadi air dan gas karbondioksida.
Baca Juga:
Direktur PDAM Sebut Krisis Air Bersih di Kota Gunungsitoli karena Kemarau Panjang
Plastik mikro (microplastic) menjadi satu masalah pencemaran
lingkungan yang hingga kini dinilai sulit untuk diatasi.
Dalam jurnal, para peneliti menyebut penelitian ini dibuat
lantaran studi tentang plastik mikro sangat sedikit. Padahal masalah ini jadi
isu yang sangat besar di dunia modern yang banyak menggunakan plastik dalam
hidup sehari-hari.
Masalahnya, ukuran plastik ini sangat kecil dan sulit
diperangkap ketika ia tersebar di air. Sehingga, para peneliti mengembangkan
cara baru untuk mengurangi jumlah mikroplastik jika ditemukan dalam konsentrasi
tinggi di air.
Baca Juga:
Krisis Air Bersih Hampir Sebulan, Warga Gunungsitoli Pelanggan PDAM Menjerit
Sebagian besar plastik mikro ini menjadi polusi air akibat
serat-serat kecil yang lepas dari kain sintesis saat dicuci. Serat-serat
plastik mikro ini terlepas ke sungai dan laut terutama akibat limbah rumah
tangga atau fasilitas binatu (laundry) komersial.
Dikutip dari Newatlas, para ilmuwan Institut National De La
Recherche Scientifique (INRS) Quebec yang dipimpin Patrick Drogui lantas
berinisiatif untuk mengurangi limbah plastik mikro ini langsung di fasilitas
binatu. Dengan pencegahan langsung disumber penyebaran, diharapkan bisa segera
mencegah plastik mikro ini tersebar ke sumber air lain.
Penelitian mereka mencoba memecah serat plastik mikro
menjadi karbon dioksida dan molekul air yang tidak beracun. Pemecahan ini
dilakukan lewat proses yang disebut sebagai oksidasi elektrolitik untuk
menghasilkan radikal hidroksil di dalam air limbah.
Nantinya zat radikal tersebut akan memecah serat plastik
menjadi karbon dioksida tidak beracun dan molekul air.
Dalam uji laboratorium yang dilakukan dengan memanfaatkan
berbagai bahan elektroda, sejauh ini para peneliti mampu mendegradasi hingga 89
persen partikel polistiren yang diolah dari air limbah simulasi.
Melansir Science Direct, proses yang mereka lakukan
menunjukkan cukup menjanjikan untuk mendegradasi partikel plastik dalam air
tanpa menghasilkan limbah atau produk sampingan.
Kini, mereka berencana menguji teknologi itu ke air limbah
binatu sebenarnya. Sehingga, percobaan ini kemungkinan akan menghadapi beberapa
tantangan baru.
"Air (limbah) asli ini mengandung bahan material lain
yang dapat mempengaruhi proses degradasi, seperti karbonat dan fosfat. (Kedua
bahan ini) dapat mengurangi kinerja proses oksidasi," kata Drogui, seperti
dikutip New Atlas.
Jika eksperimen tersebut terbukti berhasil, maka peneliti
bakal bisa menentukan berapa biaya instalasi teknologi ini dan bagaimana
memperbesar kapasitas produksi agar bisa digunakan untuk kepentingan komersial.
[qnt]