WahanaNews.co | Arak Bali, minuman alkohol hasil fermentasi khas Pulau Dewata, kini semakin terkenal hingga terpilih menjadi salah satu suvenir dalam rangkaian KTT G20 di Bali.
Apalagi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menetapkan Arak Bali dan delapan warisan budaya Bali lainnya menjadi Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Indonesia.
Baca Juga:
Dampak Erupsi Gunung Lewotobi, Bandara Bali Batalkan 90 Penerbangan Dalam Sehari
Arak Bali terpilih yang masuk dalam KTT G20 adalah milik perajin di Denpasar.
Meskipun namanya arak yang berkonotasi mengandung alkohol, bukan berarti arak ini digunakan untuk sarana atau ajang mabuk-mabukan.
Arak ini berbahan dasar arak jung atau arak rempah. Arak ini merupakan kekayaan budaya lokal zaman kuno atau untuk pengobatan, terutama untuk sakit batuk, flu, atau sariawan, dengan manfaat sebagai penghangat tubuh.
Baca Juga:
BNNP Bali Gerebek Narkoba, Oknum Polisi Tertangkap Diserahkan ke Propam
Jadi leluhur Bali itu meracik arak, terutama diniatkan untuk sarana kesehatan.
Arak Bali yang disajikan di ajang G20 ini diproduksi langsung dari petani lokal di beberapa kecamatan di Kabupaten Karangasem, yang berbahan lontar, jaka, dan kelapa untuk kemudian diramu dengan rempah-rempah, madu, hingga buah-buahan.
Menurut Peraturan Gubernur Bali Nomor 1 Tahun 2020 koperasi mengumpulkan arak dari petani, kemudian diproses dengan inovasi agar "naik kelas".
Arak murni dari petani diawetkan dulu agar baunya hilang, lalu campur rempah, buah dan madu.
Hasil campuran itu disimpan enam bulan, setelah itu baru dibawa ke pabrik dan baru dapat dikonsumsi.
Adapun buah yang menjadi campuran dari arak Bali Iwak Arumery, antara lain mangga, jeruk bali, nanas, kopi, ragam jenis beri, bunga telang, hingga kurma. Untuk rempah, Puspa kerap memanfaatkan jahe merah, vanili, kayu manis dan cengkeh.
Arak campuran produk Bali itu aman dikonsumsi karena sudah mendapatkan sertifikasi dari BPOM.
Di galeri arak Bali di Denpasar, seorang perajin menghadirkan berbagai rasa untuk dicoba secara gratis oleh siapapun yang berkunjung.
Penyajian itu menjadi salah satu upaya dalam mengenalkan arak lkesehatan kepada masyarakat, hingga akhirnya terdengar sampai di kalangan kementerian.
Salah satu perajin arak Bali adalah Ida Ayu Puspa Eny (65), yang memulai usahanya sejak 2008. Ia mulai dikenal saat UMKM miliknya yang memproduksi daging hasil proses pengeringan terpilih untuk diinkubasi Bank BRI pada tahun 2020.
Kemudian produknya itu terpilih menjadi 10 besar dan diberangkatkan untuk menerima penghargaan di Jakarta.
Saat itu Puspa bertemu dengan Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki dan mengenalkan usaha arak racikannya.
Setelah itu, mulai dari Menteri Koperasi dan UKM, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak hingga anggota DPD RI, mulai mengunjungi galeri milik Puspa di Denpasar.
Akhirnya pada Agustus 2022, arak produksi Puspa terpilih untuk menjadi suvenir rangkaian KTT G20, yakni pertemuan yang diadakan Kementerian Kesehatan "Health Working Group" (HWG) dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak "Ministerial Conference on Women’s Empowerment" (MCWE).
Dalam dua rangkaian KTT G20 itu, disiapkan masing-masing 50 botol arak Bali dengan volume 750 mililiter yang terbagi menjadi lima varian rasa, yaitu manggis, kopi, beri (storberi, bluberi, rasberi), origin (rempah), dan ameritha (murni).
Lima varian tersebut merupakan rasa unggulan yang telah berpita cukai, sehingga dapat diedarkan. Puspa mengatakan, suvenir ini diberikan hanya untuk jajaran menteri G20, sehingga jumlahnya terbatas.
Namun, selama pertemuan juga disediakan sampel dan arak Bali yang dijual, sehingga para delegasi yang tak mendapat suvenir langsung dapat membeli di lokasi pertemuan.
Untuk KTT G20 ke depannya atau puncaknya ada kemungkinan kembali dijadikan suvenir, sebagaimana diwacanakan oleh pejabat di Kemenparekraf.
Penjualan arak bali
Selain di KTT G20, saat ini sedang gencar dalam mengenalkan produk arak Bali, sehingga menjadikan arak itu sebagai minuman premium yang dapat diterima dan digemari dunia.
Sejauh ini kebanyakan penikmat arak Bali adalah mereka yang menyukai minuman beralkohol terkenal dari luar negeri. Dari sini produk asal Bali sejatinya dapat bersaing dengan merek luar.
Dengan harga jual Rp700 ribu untuk ukuran 750 mililiter dan Rp500 ribu untuk 500 mililiter ia optimistis usahanya dapat bersaing dengan minuman premium lainnya.
Terkait dengan kesiapan, dalam satu bulan seorang perajin dapat menyiapkan 1.000 botol arak Bali yang siap disimpan, dengan kadar alkohol beragam dari 40 persen, 20 persen dan 10 persen.
Diharapkan ke depan semakin banyak perajin arak Balii yang berani bersaing dan optimistis dengan produknya.
Selain itu, dengan adanya perajin arak Bali dengan produksi yang semakin tinggi tentunya akan membantu para petani di daerah.
Petani penghasil arak tidak akan pernah sejahtera hidupnya apabila arak belum dapat dipandang dunia sebagai sebuah minuman premium yang layak diperhitungkan.
Meskipun dalam satu rangkaian G20 tidak banyak botol yang dapat dijual, namun minuman tersebut setidaknya sampai di negara lain. Ke depan, akan ada potensi namanya semakin dikenal.
Ajang pertemuan internasional G20 memang menjadi kesempatan pada produk-produk lokal Indonesia untuk diperkenalkan ke masyarakat dunia.
Meskipun tidak semua produk lokal, setidaknya arak Bali telah mewakili satu daerah yang selama ini dikenal dengan objek wisatanya ke luar negeri, sudah mewakili potensi sebagian wilayah itu.
Dunia akan tahu Indonesia adalah negara kaya dan layak untuk mereka nikmati. [Tio]