WAHANANEWS.CO, Jakarta - Catur merupakan permainan strategi yang kerap dimainkan di berbagai belahan dunia. Permainan yang sudah ada sejak berabad-abad ini, ternyata bermula di India.
Menurut Ensiklopedia Britannica, tidak ada bukti tertulis yang menunjukkan awal mula bidak catur sebelum abad ke-6 Masehi. Namun, permainan terdahulu yang mirip dengan catur modern dapat ditemukan di India.
Baca Juga:
Gadis 10 Tahun Bodhana Sivanandan Hancurkan Rekor Dunia Catur dengan Kemenangan atas Grandmaster
Permainan Catur Kuno di India
Chaturanga adalah nama Sansekerta untuk formasi pertempuran yang disebutkan dalam epos Mahabharata India. Permainan chaturanga berkembang pesat di India barat laut pada abad ke-7 dan dianggap sebagai cikal bakal catur modern.
Bagaimana chaturanga berevolusi masih belum jelas. Beberapa sejarawan mengatakan chaturanga, yang mungkin dimainkan dengan dadu di papan 64 kotak, secara bertahap berubah menjadi shatranj, permainan yang populer di India utara, Pakistan, Afghanistan, dan wilayah selatan Asia Tengah setelah tahun 600 Masehi.
Baca Juga:
Ketum KONI Pusat Apresiasi Turnamen Catur JBC CUP 2025 di Jambi
Shatranj menyerupai chaturanga tetapi menambahkan bidak baru, firzān (penasihat), yang tidak ada hubungannya dengan pembentukan pasukan. Permainan shatranj dapat dimenangkan dengan mengeliminasi semua bidak lawan (menelan raja) atau dengan memastikan raja tertangkap.
Posisi awal pion dan kuda tidak berubah, tetapi terdapat variasi regional dan temporal yang cukup besar untuk bidak lainnya.
Permainan ini menyebar ke timur, utara, dan barat, dengan karakteristik yang sangat berbeda. Di Timur, dibawa oleh para peziarah Buddha, pedagang Jalur Sutra, dan lainnya, catur diubah menjadi permainan dengan cakram bertuliskan yang sering ditempatkan di persimpangan garis papan, alih-alih di dalam kotak.
Sekitar tahun 750 M, catur mencapai Tiongkok. Pada abad ke-11 telah mencapai Jepang dan Korea. Catur Tiongkok, versi paling populer dari permainan Timur, memiliki 9 jalur dan 10 baris serta batas-sungai, antara baris ke-5 dan ke-6, yang membatasi akses ke kubu musuh dan membuat permainan ini lebih lambat daripada sepupunya di Barat.
Catur Tiba di Eropa
Sejenis chaturanga atau shatranj masuk ke Eropa melalui Persia, Kekaisaran Bizantium, dan Kekaisaran Arab yang sedang berkembang. Permainan tertua yang tercatat, ditemukan dalam manuskrip abad ke-10, dimainkan antara seorang sejarawan Baghdad, yang diyakini sebagai favorit tiga khalifah berturut-turut, dan seorang murid.
Umat Muslim membawa catur ke Afrika Utara, Sisilia, dan Spanyol pada abad ke-10. Bangsa Slavia Timur menyebarkannya ke Rus Kiev sekitar waktu yang sama.
Bangsa Viking membawa permainan ini hingga ke Islandia dan Inggris. Mereka diyakini bertanggung jawab atas koleksi bidak catur paling terkenal, yaitu 78 buah catur gading walrus dari berbagai set yang ditemukan di Pulau Lewis di Hebrida Luar pada tahun 1831 dan berasal dari abad ke-11 atau ke-12.
Namun, permainan catur dan dadu secara berkala dilarang oleh raja dan pemimpin agama. Misalnya, Raja Louis IX melarang permainan ini di Prancis pada tahun 1254.
Meski begitu, popularitas permainan ini ditopang oleh prestise sosialnya: satu set catur sering dikaitkan dengan kekayaan, pengetahuan, dan kekuasaan. Permainan ini menjadi favorit Raja Henry I, Henry II, John, dan Richard I dari Inggris, Philip II dan Alfonso X (yang Bijaksana) dari Spanyol, dan Ivan IV (yang Mengerikan) dari Rusia. Permainan ini dikenal sebagai permainan kerajaan sejak abad ke-15.
Desain Set Catur
Tampilan bidak-bidak catur telah berganti seiring perkembangan zaman. Desain bidak-bidak sederhana sebelum tahun 600 Masehi secara bertahap mengarah pada set figuratif yang menggambarkan hewan, prajurit, dan bangsawan.
Namun, set Muslim pada abad ke-9-12 seringkali nonrepresentatif dan terbuat dari tanah liat sederhana atau batu berukir, menyusul larangan Islam terhadap gambar makhluk hidup.
Kembalinya bidak-bidak shatranj yang lebih sederhana dan simbolis diyakini telah memacu popularitas permainan ini dengan membuat set lebih mudah dibuat dan mengalihkan perhatian pemain dari bidak-bidak yang rumit.
Set bergaya, yang seringkali dihiasi dengan batu mulia dan semi mulia, kembali menjadi mode seiring permainan ini menyebar ke Eropa dan Rusia. Papan permainan, yang memiliki kotak-kotak monokromatik di dunia Muslim, mulai memiliki kotak-kotak hitam dan putih, atau merah dan putih.
Standar untuk set catur modern ditetapkan sekitar tahun 1835 dengan desain sederhana karya orang Inggris, Nathaniel Cook. Setelah dipatenkan pada tahun 1849, desain tersebut didukung oleh Howard Staunton, pemain terbaik dunia saat itu.
Berkat promosi Staunton yang ekstensif, desain tersebut berhasil. Set catur hitam putih terus dimainkan hingga sekarang ini.
[Redaktur: Alpredo Gultom]