Beras dan pisang tersebut dibuat pepes ketan oleh sang kakak. Sementara dirinya yang menjualnya ke warung ke warung atau ngider dari kampung ke kampung. Dari hasil berjualan pepes ketan, uang tersebut digunakan untuk membayar uang sekolah.
Untuk membeli peralatan dan keperluan sekolah lainnya, Firli Bahuri bekerja sebagai pembantu rumah tangga, tukang cuci mobil, atau menjual spidol yang dibelinya di Pasar Cinde, lalu dijual kembali dengan sedikit keuntungan di Taman Ria Palembang.
Baca Juga:
Analisis Pakar: Pelantikan Ketua KPK Sementara Cacat Hukum
Usia tamat SMA, Firli tidak memiliki uang untuk melanjutkan jenjang pendidikan di Universitas, Untuk itu, ia mendaftarkan diri ikut sekolah yang dibiayai negara yakni Akademi Angkatan Bersenjata (Akabri). Sebanyak 3 kali mendaftar, 3 kali juga gagal diterima saat itu.
Kemudian Firli Bahuri memutuskan untuk masuk sekolah calon bintara, dan lulus menjadi anggota polisi berpangkat sersan. Meski sudah bekerja, petuah ibu tentang pentingnya pendidikan tidak pernah dilupakannya sehingga ia memutuskan untuk kembali mengikuti tes Akabri untuk yang keempat dan kelima kalinya. Namun lagi-lagi ia gagal. Barulah kesempatan yang keenam pada tahun 1987, ia bisa diterima sebagai capratar (calon prajurit taruna).
"Alhamdulillah, tes untuk keenam kalinya ini, saya dinyatakan lulus dan mengikuti pendidikan sebagai seorang perwira polisi, perlahan namun pasti menggapai bintang, dan akhirnya kini diberikan mandat sebagaimana saat ini untuk berkarya kepada bangsa dan negara. Mengabdi untuk Ibu Pertiwi membebaskan dan membersihkan NKRI dari praktik-praktik korupsi," ungkap Firli Bahuri.
Baca Juga:
Agus Raharjo Kirim Surat Protes ke Jokowi saat Firli Jadi Capim KPK
"Apa yang saya alami, adalah contoh nyata bahwa pendidikan menjadi begitu amat penting, mengingat pendidikan sebagai satu upaya mewujudkan tujuan negara mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan bangsa yang cerdas, maka akan membawa kesejahteraan umum bagi segenap rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke, mulai Miangas hingga Pulau Rote," tambah Firli Bahuri.
Dengan semua catatan itu, Firli mengajak semua pemuda berani untuk mengatakan pendidikan adalah yang terpenting dalam mencapai cita cita. Peradaban nasional sebuah bangsa dan negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh Tumpah darah Indonesia, yang memajukan kesejahteraan umum dan yang mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut serta di dalam perdamaian dunia yang berdasarkan kepada perdamaian abadi dan keadilan sosial.
"Selamat memperingati Hari Pendidikan Nasional, mari tanamkan selalu nilai-nilai antikorupsi dalam setiap jenjang pendidikan di republik ini, agar cita-cita merdeka dari pengaruh laten korupsi, dapat segera kita raih dan wujudkan Indonesia zero kejahatan korupsi," ucap Firli Bahuri. [tum]