Menurut Ida, La Nina masih bertahan hingga pertengahan 2022. Sejak April hingga Mei indeks El Niño Southern Oscillation (ENSO) menunjukkan terjadi penguatan intensitas La Nina.
"La Nina ini umumnya akan berdampak pada curah hujan tinggi. 47 persen wilayah zona musim terlambat masuk musim kemarau," tandasnya.
Baca Juga:
BMKG Jelaskan Pemicu Gempa M5,3 di Padang Sidempuan: Geser Turun dalam Lempeng
Terpisah, peneliti Meteorologi BMKG Deni Septiadi mengatakan saat ini suhu muka laut di Indonesia disebut masih cukup hangat dengan anomali berkisar antara 0.1 sampai 0.3 derajat celcius.
Sedangkan indeks La Nina 3.4 moderat -0.58 yang mengindikasikan konektivitas untuk menghasilkan hujan cukup tinggi.
"Meskipun terjadi penurunan hari hujan (HH), potensi intensitas hujan yang terjadi antara sedang-lebat bahkan ekstrem masih ada. Pada musim-musim peralihan (Maret-April-Mei, MAM) atau kemarau (Juni-Juli-Agustus, JJA) pemanasan permukaan akan sangat sempurna untuk pengangkatan," kata Deni.
Baca Juga:
Gempa M 5,9 Aceh Barat Terasa hingga Tapanuli Tengah, BMKG Berikan Penjelasan
Dia mengatakan awan-awan yang terbentuk pada fase ini bahkan seringkali menjadi sangat menjulang, dengan suhu puncak awan mencapai 80 derajat celcius. [rin]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.