WahanaNews.co | Penjara
Carandiru, rumah tahanan yang terletak di Sao Paolo, Brasil, bisa dikatakan
sebagai rumah tahanan paling brutal di dunia. Dalam bangunan yang dirancang
oleh Samuel das Neves ini pernah terjadi pembantaian yang melibatkan polisi
setempat pada tahun 1992.
Baca Juga:
Oknum Polisi Palangka Raya dan Rekan Terancam Hukuman Mati atau Seumur Hidup
Kerusuhan ini makan ratusan korban, 111 di antaranya tewas.
Tragedi tersebut menjadi peristiwa kelam dalam sejarah Penjara Carandiru.
Tragedi kerusuhan tersebut dimulai oleh perkelahian antar
kelompok yang akhirnya melibatkan banyak narapidana lainnya. Polisi yang datang
untuk mengamankan dengan pasukan lengkap dan senjata berpeluru tajam nyatanya
malah bertindak brutal dengan menembaki narapidana yang sudah menyerah dan
meletakkan senjata mereka.
Kebrutalan polisi ini menuai protes dari berbagai negara di
belahan dunia, termasuk Amnesty Internasional. Selain dikenal dengan kebrutalan
para polisi penjaganya, penjara ini pun tercatat sebagai rumah tahanan dengan
fasilitas yang sangat buruk. Tercatat sekitar 1300 tahanan yang mati karena
dibunuh sesama penghuni dan penjaganya serta tersebarnya AIDS.
Baca Juga:
Versi Quick Count: Berikut Daftar Petahana yang Kalah di Pilkada 2024
Kepala Kepolisian Metropolitan Sao Paulo, Ubiratan Guimaraes
dianggap sebagai sosok yang paling bertanggungjawab atas tragedi yang terjadi
pada tahun 1992 itu. Kasus ini pun juga menyeret Guimaraes ke pengadilan dengan
tuduhan pembunuhan terhadap 102 orang napi. Namun, pengadilan justru
membebaskannya karena Guimaraes berargumen bahwa polisi melakukan hal tersebut
karena menerima tembakan terlebih dahulu. Hal tersebut membuat pemerintah
Brasil lantas menganggap tragedi kelam tersebut terjadi bukan tanggung jawab
pihak kepolisian.
Tragedi Carandiru 1992 memicu munculnya geng kriminal First
Command of the Capital (PCC). PCC memerintahkan pembunuhan direktur penjara
saat itu, Jose Ismael Pedrosa.
Dari dalam penjara, bos-bos PCC mengendalikan serangan
terhadap kantor polisi dan bangunan lainnya. Sebanyak 170 orang tewas dan kota
Sao Paulo sempat lumpuh selama empat hari. Kerusuhan akhirnya menyebar ke
kota-kota lain.
Mengenai Tragedi Carandiru 1992, Jacy de Oliveira, seorang
mantan narapidana, pernah mengungkapkan: "Kami tidak pernah berpikir polisi
akan datang dan membunuh secara brutal, karena tidak semua napi terlibat dengan
kerusuhan itu." Dan akhirnya penjara yang telah merumahkan sekitar 8000 tahanan
yang beroperasi pada tahun 1956 ini ditutup pada tahun 2002 karena gelombang
protes yang tak bisa dibendung lagi. [dhn]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.