"Saya minta untuk membantu bayar listrik nggak apa-apa deh per kubik Rp 5 ribu, tapi silakan kalau dipasang Rp 10 ribu, yang Rp 5 ribu buat income masyarakat sendiri, saya tetep minta Rp 5 ribu per kubik," katanya.
Selama lima tahun, dirinya mensubsidi warga untuk kebutuhan listrik pompa air tersebut. Tiap bulan, kata dia, uang yang terkumpul dari warga berkisar Rp 1,5-2 juta per bulan. Sementara, biaya listrik dari pompa air yang mengaliri warga tersebut mencapai Rp 4-4,5 juta.
Baca Juga:
KPU Tetapkan 580 Anggota DPR Terpilih: 8 Caleg Diganti, Ada yang Terjerat Kasus Pidana
"Sementara saya bayar listrik Rp 4-4,5 juta per bulan, itu pun masyarakat yang terkumpul dari masyarakat itu paling Rp 1,5-2 juta yang saya terima karena yang Rp 5 ribu masuk dana kas masyarakat. Setiap bulan saya mensubsidi saya harus nombokin Rp 2-2,5 juta per bulan, selama sekian tahun," katanya.
Saat dirinya maju pada Pemilu 2024 dari PKS, Sumedi berharap warga mendukungnya untuk maju dengan memilihnya saat pencoblosan. Namun, hasilnya tak sesuai harapan. Sumedi mengatakan pasca-pemilihan, dirinya tak lagi mampu mensubsidi biaya listrik pompa tersebut.
"Ya intinya saya wajar lah kalau memang saya ada rasa kecewa terhadap masyarakat setempat, karena melihat kontribusi saya selama ini. Cuma memang, pada saat malam hari H ada salah satu gerakan serangan fajar yang dilakukan (oleh pihak rival)," katanya.
Baca Juga:
KPU Sahkan 580 Caleg Terpilih, 8 Caleg Diganti
[Redaktur: Alpredo Gultom]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.