"Waktu itu kami sedang ingin membuat sebuah cerita untuk young female audience. Lalu saya buat tiga opsi cerita, semuanya tentang remaja perempuan, dan Mas Eddy paling tertarik sama yang ini," lanjutnya.
Cerita itu kemudian dikembangkan bersama satu tim penulis yang terdiri dari Winnie, Zaidy, dan Daud Sumolang. Mereka mengembangkan cerita ini dalam waktu yang cukup lama, yakni selama pandemi.
Baca Juga:
Film No Other Choice Tunjukkan Bahaya Alasan Pembenaran di Dunia Kerja dan Hidup Modern
Winnie juga sempat melakukan riset untuk pendalaman cerita. Salah satunya berbincang dengan remaja SMA untuk menyesuaikan cerita Dear David.
Ia pun mengakui tantangan yang dihadapi selama mengerjakan cerita Dear David berkaitan dengan relevansi dengan kondisi anak muda masa kini.
Winnie pun berupaya menggarap cerita ini sehingga mencakup berbagai keresahan anak muda.
Baca Juga:
MD Pictures Hadirkan “Si Paling Aktor”: Lucu, Tegang, dan Penuh Makna
"Waktu menulis ceritanya, kami melakukan sedikit riset dengan mengobrol bersama anak-anak SMA untuk memastikan kalau topik ceritanya relevan dengan anak-anak SMA zaman sekarang," ucap Winnie.
"Tantangan terbesar saat menulis film ini adalah menangkap keresahan remaja, tidak cuma zaman sekarang tapi juga remaja pada umumnya," lanjutnya.
Winnie juga tidak menampik sejumlah bagian dalam cerita ini berasal dari pengalaman pribadi. Ia menyelipkan berbagai keresahan dan pengalaman Winnie ketika masih remaja untuk memperkuat konteks cerita.