WahanaNews.co | Memiliki seorang teman atau sahabat, baik yang sudah lama maupun baru mengenalnya, membuat kita merasa lebih bersemangat untuk menjalani hari-hari.
Terlebih, jika teman kita adalah tipe orang yang sangat bisa diandalkan dan mau mendengarkan setiap curhatan kita.
Baca Juga:
3 Cara Menolak Permintaan Teman yang Sifatnya Memaksa
Meski begitu, tanpa disadari ada beberapa teman yang cenderung toxic atau beracun, sehingga itu dapat menguras emosi hingga membuat kita merasa frustasi.
Lantas, bagaimana cara mengetahui bahwa teman kita adalah orang yang toxic dan kita perlu menghindarinya?
Menurut seorang terapis, Irina Firstein, pola-pola toxic bervariasi dari orang ke orang.
Baca Juga:
Kalah Main Game, Bocah di Meksiko Tembak Teman hingga Tewas
Tetapi, secara umum, teman yang toxic bisa ditandai dengan perilaku atau tindakannya yang membuat kita tidak nyaman seperti sering mengkritik, mengontrol, memanipulasi dan merasa bersalah.
"Misalnya, jika teman kita secara konsisten marah atau mempermalukan kita karena memprioritaskan waktu bersama keluarga kita sendiri daripada waktu bersamanya, mungkin kita sedang berurusan dengan orang yang toxic," terangnya.
Ciri teman yang toxic
Lebih lanjut, para ahli pun membagikan enam ciri teman yang toxic, sebagaimana dilansir dari laman Pure Wow berikut ini.
1. Memiliki motif terselubung
Teman yang toxic biasanya tidak segan memanfaatkan kesempatan untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.
Menurut psikolog, Abigail Brenner, MD, modus operandi orang yang toxic adalah membuat orang lain melakukan apa yang dia inginkan.
"Dia bisa saja menggunakan orang lain untuk mencapai apa pun tujuannya. Lupakan apa yang kita inginkan, ini bukan tentang kesetaraan dalam hubungan persahabatan," katanya.
2. Permintaan maaf yang tidak tulus
Pernahkah kita mengharapkan permintaan maaf dari seseorang dan akhirnya malah kita yang meminta maaf?
Ini merupakan salah satu red flag klasik dalam hubungan persahabatan.
Katakanlah teman kita membatalkan rencana makan siang yang kita adakan beberapa hari lalu.
Ketika kita mengkonfrontasi dia tentang hal itu, dia akan bercerita panjang lebar tentang bagaimana dia bertengkar hebat dengan seseorang dan mengungkit masa lalunya.
Kita ingin berada di sana untuknya, hanya saja, dia selalu membuat kita merasa bersalah.
Taktik seperti ini, di mana dia mengubah dirinya yang menjadi korban adalah tanda bahwa teman kita toxic.
3. Selalu tentang dirinya
Teman yang toxic akan selalu melihat segala fokus hanya ada dirinya tanpa mempedulikan yang lain.
Misalnya, saat bertemu, teman yang toxic tidak akan menanyakan apa pun tentang kehidupan yang sedang kita jalani saat ini dan lebih banyak bercerita tentang dirinya sendiri.
4. Mengambil lebih banyak dari yang diberikan
Teman kita setuju untuk datang ke sebuah pertunjukan drama, tetapi kemudian dia menghabiskan seluruh waktunya untuk mengeluh tentang banyak hal, padahal seharusnya menikmati tontonan.
Pada dasarnya, dia tidak takut untuk memberi tahu kita betapa menyedihkan peristiwa mengerikan yang dia alami.
Meskipun mudah untuk menganggapnya sebagai orang yang rewel, jika dia secara teratur membuat segala sesuatu tentang dirinya dan memaksa kita memenuhi kebutuhannya di atas kebutuhan kita sendiri, maka dia adalah teman yang toxic.
5. Suka dan sering menggosip
Sedikit gosip tidak pernah menyakiti siapa pun, tetapi ada perbedaan antara obrolan yang tidak berbahaya dan sesuatu yang lebih jahat.
Meskipun menarik untuk menggosip, namun jika kita memiliki teman yang sangat suka dan sering melakukannya bisa dikategorikam sebagai seseorang yang toxic.
Apalagi, bila gosip yang dilontarkannya sangat jahat dan menyakitkan.
6. Melakukan gaslighting
Kita mungkin sudah tidak asing dengan kata-kata gaslighting.
Gaslighting adalah teknik komunikasi di mana seseorang membuat kita mempertanyakan versi diri kita sendiri tentang peristiwa-peristiwa masa lalu.
Teman yang toxic biasanya akan menggunakan gaslighting untuk mempertahankan semacam kontrol atas orang-orang di sekitarnya.
Katakanlah kita kesal karena seorang teman tidak hadir dalam sebuah acara yang sudah lama dijanjikan.
Ketika kita mengonfrontasikan hal ini, dia melakukan gaslighting seakan-akan kita terlalu memperbesar masalah, maka teman kita itu bisa dikatakan toxic.
Cara mengatasinya
Jika sudah mengetahui ciri-ciri teman yang toxic, kita bisa melakukan beberapa hal ini untuk mengatasinya:
• Merespons secara netral
Ketika teman kita mulai berperilaku toxic, misalnya, menjelek-jelekan orang lain di depan kita, sebaiknya tawarkan respons netral dan beralih ke topik baru.
Begitu dia menyadari bahwa kita tidak tertarik untuk bergabung dalam topiknya, dia mungkin akan mulai mencari cara untuk melakukannya di tempat lain.
Mudah-mudahan, langkah yang kita ambil ini juga bisa menyadarkan teman kita bahwa perilakunya tidak normal dan kurang bisa diterima dengan baik.
• Fokus pada hal-hal yang baik
Teman yang sering mengeluh tidak hanya toxic tetapi juga membuat kita merasa kewalahan.
Tapi, mungkin kita bisa berfokus pada hal-hal yang baik dan menghabiskan waktu bersama di tempat yang menyenangkan untuk melupakan keluhannya.
Dan untuk menjaga persahabatan, terimalah kenyataan bahwa persahabatan itu mungkin hanya perlu berevolusi (atau berkembang) menjadi jenis persahabatan yang berbeda saat kita tumbuh ke arah yang berbeda.
Tidak setiap persahabatan harus menjadi persahabatan yang terbaik, dan tidak masalah untuk menyesuaikan ketentuan hubungan kita sesuai dengan manfaatnya.
• Ketahui kapan hubungan tidak dapat diperbaiki
Jika kita sudah berteman sejak kecil, mungkin sulit untuk menerima bahwa kadang-kadang persahabatan telah berjalan dengan sendirinya dan tidak lagi sehat.
Apabila kita selalu merasa menjadi diri kita yang terburuk ketika berada di sekitar teman tertentu, mungkin ada baiknya kita mengakhiri hubungan itu sama sekali.
"Orang yang toxic itu menguras tenaga dan emosi," kata Brenner.
"Waktu bersama teman toxic hanya akan membuat kita merasa frustrasi. Jadi, jangan biarkan diri kita terkuras habis akibat sering memberikan waktu dan upaya besar tanpa mendapatkan imbalan apa pun," saran dia.
Meskipun bisa jadi sangat sulit untuk memutuskan hubungan dengan orang yang kita sayangi dari kehidupan, tidak ada salahnya untuk melakukannya, terutama jika kita merasa sudah mencoba segalanya dan tidak ada hasil yang membaik. [rna]