Lalu, para peserta kemudian diberikan definisi ghosting dan menilai seberapa besar kemungkinan mereka akan melakukan ghosting dalam 19 situasi kencan, seperti mengakhiri hubungan setelah kencan pertama.
Hasilnya, para peneliti menemukan bahwa orang-orang yang sangat membutuhkan closure justru lebih mungkin untuk mengakhiri hubungan dengan cara ghosting.
Baca Juga:
Winson Reynaldi Dikecam Usai Parodikan Paus Fransiskus, Akhirnya Minta Maaf
Hal ini mungkin karena orang-orang tersebut lebih cenderung mengakhiri hubungan secara umum, terlepas dari bagaimana mereka melakukannya.
Guna menguji hasil tersebut, para peneliti kemudian melakukan penelitian kedua dengan 411 peserta. Hasilnya justru berbeda dengan studi pertama, para peneliti tidak menemukan hubungan yang signifikan antara kebutuhan closure dan ghosting pada studi kedua.
Dalam studi kedua, tidak terdapat bukti bahwa orang yang sangat membutuhkan closure lebih cenderung mengakhiri hubungan, baik dengan cara ghosting atau penolakan langsung.
Baca Juga:
Foto Mahfud MD Naik Jet Pribadi Viral, Ini Klarifikasinya
Para peneliti mengatakan, menggunakan cara ghosting untuk mengakhiri hubungan mungkin tidak menimbulkan kebingungan atau ambiguitas bagi pelaku.
Orang yang mengakhiri hubungan mengetahui bahwa mereka tidak akan berkomunikasi dengan orang yang memberi mereka closure.
"Berbeda dengan prediksi, kami menemukan bahwa orang dewasa muda yang sangat membutuhkan closure sebenarnya lebih cenderung melakukan ghosting untuk mengakhiri hubungan daripada mereka yang tidak terlalu membutuhkan closure," kata Leckfor, dilansir dari CNBC, Jumat (2/3/23).