WahanaNews.co, Jakarta - Tren pernikahan yang sedang naik daun di Jepang adalah "friendship marriage". Istilah ini mengacu pada pernikahan yang dilakukan tanpa dasar perasaan cinta, tetapi lebih pada kesamaan pandangan dan tujuan hidup.
Dalam beberapa tahun terakhir, tren ini telah menarik perhatian masyarakat Jepang dan internasional.
Baca Juga:
Fajar/Rian Juara Kumamoto Masters 2024
Friendship marriage menekankan pernikahan yang tidak didasarkan pada ikatan emosional atau rasa cinta, tetapi lebih pada kesamaan pandangan dan tujuan hidup.
Pasangan yang menikah dengan cara ini biasanya memiliki tujuan yang sama, seperti memiliki anak, memiliki rumah, atau memiliki karier yang sukses.
Tren ini dianggap sebagai alternatif bagi pernikahan tradisional yang didasarkan pada perasaan cinta. Pasangan yang menikah dengan cara ini tidak perlu memiliki perasaan cinta yang kuat, tetapi mereka harus memiliki kesamaan pandangan dan tujuan hidup.
Baca Juga:
Takumi Minamino Senang Namanya Sejajar dengan Legenda Jepang Shunsuke Nakamura
Dalam beberapa tahun terakhir, tren friendship marriage telah menarik perhatian masyarakat Jepang dan internasional.
Pasangan yang menikah dengan cara ini biasanya memiliki hubungan yang lebih stabil dan lebih lama, karena mereka tidak terikat oleh perasaan cinta yang dapat berubah-ubah.
Namun, tren ini juga memiliki beberapa kritik. Beberapa orang berpendapat bahwa pernikahan tanpa cinta tidak seimbang dan tidak dapat memenuhi kebutuhan psikologis manusia.
Mereka berpendapat bahwa pernikahan harus didasarkan pada perasaan cinta dan emosi, bukan hanya pada kesamaan pandangan dan tujuan hidup.
Dalam beberapa tahun terakhir, tren friendship marriage telah menarik perhatian masyarakat Jepang dan internasional.
Pasangan yang menikah dengan cara ini biasanya memiliki hubungan yang lebih stabil dan lebih lama, karena mereka tidak terikat oleh perasaan cinta yang dapat berubah-ubah.
Namun, tren ini juga memiliki beberapa kritik. Beberapa orang berpendapat bahwa pernikahan tanpa cinta tidak seimbang dan tidak dapat memenuhi kebutuhan psikologis manusia.
Mereka berpendapat bahwa pernikahan harus didasarkan pada perasaan cinta dan emosi, bukan hanya pada kesamaan pandangan dan tujuan hidup.
Dalam beberapa tahun terakhir, tren friendship marriage telah menarik perhatian masyarakat Jepang dan internasional.
Pasangan yang menikah dengan cara ini biasanya memiliki hubungan yang lebih stabil dan lebih lama, karena mereka tidak terikat oleh perasaan cinta yang dapat berubah-ubah.
Namun, tren ini juga memiliki beberapa kritik. Beberapa orang berpendapat bahwa pernikahan tanpa cinta tidak seimbang dan tidak dapat memenuhi kebutuhan psikologis manusia.
Mereka berpendapat bahwa pernikahan harus didasarkan pada perasaan cinta dan emosi, bukan hanya pada kesamaan pandangan dan tujuan hidup.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]