Selain itu, tuna kaya akan kandungan Omega-3, protein, vitamin B12, dan mineral penting lainnya.
Namun, popularitas dan nilai ekonominya yang tinggi membuat tuna menghadapi ancaman serius dari praktik penangkapan berlebihan. Masalah ini bahkan menjadi perhatian serius di tingkat internasional, termasuk oleh Majelis Umum PBB.
Baca Juga:
Hardiknas, Puluhan Pelajar Berprestasi di Pakpak Bharat Menerima Penghargaan
Sembilan tahun lalu, PBB secara resmi menetapkan 2 Mei sebagai Hari Tuna Sedunia untuk meningkatkan kesadaran global terhadap perlunya pengelolaan perikanan tuna secara berkelanjutan. Sejak saat itu, telah terjadi kemajuan yang signifikan.
Jika pada 2017 hanya 75 persen tangkapan tuna berasal dari stok yang sehat, kini angka itu telah meningkat menjadi lebih dari 90 persen.
Salah satu contoh pemulihan nyata adalah kembalinya tuna sirip biru Atlantik di wilayah Inggris selatan dan Irlandia, setelah sebelumnya hampir punah.
Baca Juga:
Pemkab Tapteng Gelar Upacara Peringatan Hardiknas, Bupati Masinton Serahkan Satya Lencana
Keberhasilan ini dicapai berkat kerja sama lintas negara melalui lima organisasi pengelola perikanan tuna regional. Inisiatif tersebut didukung oleh Program Kelautan Bersama yang dikoordinasikan oleh FAO.
Upaya mereka melibatkan penerapan prosedur pengelolaan yang dirancang dan disetujui oleh ilmuwan, pemangku kebijakan, dan nelayan sebelum musim penangkapan dimulai.
Peringatan Hari Tuna Sedunia menjadi momentum penting untuk mengingatkan dunia akan perlunya keseimbangan antara eksploitasi sumber daya laut dan kelestariannya.