Selain
musisi dalam negeri, gelaran Sound of
Borobudur juga dimeriahkan musisi-musisi dari 10 negara, seperti Filipina,
Myanmar, Laos, Vietnam, Taiwan, Jepang, Tiongkok, Amerika Serikat,
Spanyol, dan Italia.
Selama
ini, penelitian relief alat musik pada Candi Borobudur hanya berhenti sampai
tahap literatur.
Baca Juga:
43 Bhikkhu Thudong dari Thailand, Malaysia, Singapore Tiba di Candi Borobudur untuk Rayakan Tri Suci Waisak
Sementara,
kehadiran Sound of Borobudur mampu
mengeksplorasi lebih lanjut.
Tidak
sedikit alat musik dari relief berhasil direkonstrusi sehingga menjadi
inspirasi bermusik Tanah Air.
Untuk
diketahui, di Candi Borobudur terdapat sekitar 226 relief alat musik, mulai
dari jenis tiup, petik, pukul, membran, hingga ensambel.
Baca Juga:
Suku Mulu Wolomeze Wakili Pemkab Ngada Hadir di Acara Ruwatan Bumi
Namun,
yang dimainkan dalam gelaran Sound of
Borobudur hanya suling, luthe, ghanta, simbal, cangka, gendang, dan saron.
Pemilihan
alat musik dari relief Candi Borobudur memiliki makna tersendiri.
Secara
filosofi, alat musik yang dimainkan bersama menimbulkan harmonisasi indah yang
melambangkan toleransi antar suku, ras, dan agama di Indonesia.