WAHANANEWS.CO, Jakarta - Indonesia memiliki sejumlah gereja bersejarah yang menjadi saksi perkembangan agama Katolik dan Protestan.
Gereja-gereja ini, yang didirikan pada masa kolonial Belanda, tidak hanya menjadi tempat ibadah tetapi juga menyimpan nilai sejarah yang penting.
Baca Juga:
Eks JI Usai Bubar dan Gabung NKRI, Moeldoko Minta Pendampingan Intens
Berikut adalah penjelasan tentang 10 gereja tertua di Indonesia yang menjadi pusat perayaan Natal tahun ini:
1. Gereja Sion, Jakarta
Dibangun pada tahun 1695, Gereja Sion awalnya diperuntukkan bagi tawanan VOC asal Portugis.
Baca Juga:
Jemaat GPIB dan GABK di Cawang Jakarta Timur Bentrok, Ini Pemicunya
Bangunan ini dirancang oleh arsitek Rotterdam, Mr. E. Ewout Verhagen, dengan pondasi yang menggunakan 10.000 balok kayu bundar.
Selain itu, Gereja Sion juga menjadi tempat peristirahatan Gubernur Jenderal Hendrik Zwaardecroon.
2. Gereja Tugu, Jakarta
Gereja Tugu pertama kali didirikan pada 1678. Setelah mengalami kerusakan akibat Geger Pecinan pada 1740, gereja ini dibangun kembali pada tahun 1747 dengan bantuan Yustinus Vinck, seorang tuan tanah dari Cilincing.
3. Gereja Katedral Jakarta
Resmi bernama De Kerk van Onze Lieve Vrouwe ten Hemelopneming, gereja ini dibangun pada 1807 dengan gaya arsitektur neo-gotik.
Gereja yang ada saat ini diresmikan pada tahun 1901 setelah melewati beberapa pembangunan kembali.
4. Gereja Blenduk, Semarang
Ikon Kota Tua Semarang ini pertama kali dibangun oleh Portugis pada 1742 dan direnovasi total oleh Belanda pada 1894-1895.
Dengan atap kubah besar yang khas, Gereja Blenduk menjadi salah satu bangunan cagar budaya yang menarik perhatian wisatawan.
5. Gereja Immanuel, Jakarta
Dibangun pada tahun 1834 atas prakarsa Raja Willem I, Gereja Immanuel, yang sebelumnya dikenal sebagai Willemskerk, memiliki arsitektur unik dengan pilar megah dan kubah besar.
6. Gereja Katolik Kelahiran Santa Perawan Maria, Surabaya
Dibangun pada 1822, gereja ini awalnya bernama Onze Lieve Vrouw Geeborte. Gereja ini merupakan salah satu bangunan tertua di Surabaya yang tetap kokoh hingga kini.
7. Gereja Ebenhaezer, Nusa Laut, Maluku
Didirikan pada 1715-1719, Gereja Ebenhaezer mencatatkan sejarahnya melalui prasasti yang terukir di dinding gereja.
Renovasi pada tahun 1935 menambahkan keindahan berupa motif tenun ikat "Wenda" pada interiornya.
8. Gereja Immanuel, Sulawesi Selatan
Gereja bergaya gotik klasik ini diresmikan pada 15 September 1885 oleh Pendeta J.C. Knuttel.
Meski beberapa kali dipugar, gereja ini tetap menjadi cagar budaya penting di Sulawesi Selatan.
9. Gereja Fidelis Sejiram, Kalimantan Barat
Gereja ini menjadi tonggak awal perkembangan Katolik di Kalimantan Barat sejak dirintis oleh Pastor Looymans pada 1892.
Dibangun dari kayu ulin, gereja ini tetap berdiri kokoh hingga saat ini.
Semua gereja ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah tetapi juga sebagai simbol sejarah dan kekayaan budaya Indonesia, menciptakan atmosfer spesial dalam perayaan Natal.
10. Gereja Katolik Tua di Larantuka, Nusa Tenggara Timur
Gereja Katolik Tua di Larantuka adalah salah satu gereja bersejarah di Indonesia yang terletak di ujung timur Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur.
Gereja ini menjadi simbol masuknya agama Katolik di wilayah tersebut sejak abad ke-16, berkat para misionaris Portugis yang datang ke Nusantara.
Dibangun pada sekitar tahun 1561, gereja ini tidak hanya menjadi tempat ibadah tetapi juga pusat penyebaran agama Katolik di kawasan Flores.
Struktur arsitekturnya mencerminkan pengaruh budaya Eropa, dengan desain sederhana namun sarat nilai spiritual yang mendalam.
Di dalamnya, terdapat benda-benda bersejarah seperti patung Bunda Maria yang disebut Tuan Ma dan memiliki makna penting bagi umat Katolik setempat.
Gereja ini juga menjadi pusat perayaan tradisi keagamaan yang khas, seperti prosesi Semana Santa, yang merupakan tradisi Paskah berakar dari warisan Portugis.
Prosesi ini menarik ribuan peziarah dari berbagai daerah, menjadikan Larantuka sebagai salah satu destinasi wisata rohani terkemuka di Indonesia.
Gereja Katolik Tua di Larantuka bukan hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga simbol sejarah panjang pengaruh Katolik di Indonesia Timur, serta cerminan hubungan erat antara iman dan budaya masyarakat lokal.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]