WAHANANEWS.CO, Jakarta - Istilah "psikopat" sering kali dihubungkan dengan sosok yang kejam dan tak segan menyakiti, bahkan membunuh orang lain. Namun, sebenarnya, psikopat bukanlah istilah medis resmi.
Dalam dunia psikiatri, gangguan yang biasanya diasosiasikan dengan perilaku psikopat lebih tepat disebut dengan gangguan kepribadian antisosial atau Antisocial Personality Disorders (ASPD).
Baca Juga:
Wajib Tahu, Ini 7 Tanda Perilaku Psikopat di Tempat Kerja
Meskipun demikian, masih banyak kebingungan mengenai hal ini, dan seringkali istilah tersebut disalahartikan.
Lantas, apa yang sebenarnya mendasari gangguan ini?
Seringkali, kata "psikopat" melekat pada individu yang dikenal kejam dan tidak segan melakukan kekerasan, bahkan pembunuhan.
Baca Juga:
Tetap Berteman dengan Mantan? Awas, Bisa Jadi Tanda Psikopat!
Namun, penting untuk diketahui bahwa psikopat bukanlah diagnosis resmi dalam dunia medis.
Menurut Eric Patterson, seorang konselor berlisensi dari Cabot, Pennsylvania, terdapat banyak informasi yang keliru mengenai psikopat, salah satunya adalah penggunaan kata 'psiko' yang selalu diasosiasikan dengan konotasi negatif.
Dalam dunia psikiatri, individu yang memiliki kecenderungan psikopat sebenarnya mengalami gangguan kepribadian antisosial (ASPD), yang masuk dalam kategori gangguan kepribadian.
Gangguan ini mencakup pola perilaku yang mengabaikan norma sosial dan hak orang lain.
Lalu, bagaimana kita bisa mengetahui apakah seseorang mengidap gangguan kepribadian antisosial? Berikut beberapa ciri-ciri utama yang dapat menunjukkan adanya gangguan ini, seperti yang dijelaskan oleh Psych Central:
• Mengabaikan Hak Orang Lain dan Nilai Sosial
Mengabaikan hak orang lain adalah ciri paling mencolok dari ASPD. Seseorang dengan gangguan ini cenderung tidak peduli dengan norma-norma sosial dan hukum yang berlaku.
Mereka mungkin melakukan hal-hal yang dianggap melanggar hukum dan tidak mengindahkan dampaknya terhadap orang lain.
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi kelima, mereka menunjukkan pola pengabaian terhadap hak orang lain.
• Berbohong dan Manipulatif
Orang dengan ASPD seringkali berbohong, bahkan mungkin menggunakan nama samaran atau identitas palsu.
Kebohongan ini biasanya dilakukan untuk mendapatkan keuntungan, baik berupa uang, seks, atau keuntungan lainnya.
Selain itu, mereka cenderung memanipulasi orang lain dengan pesona atau pujian, dan tidak jarang terlibat dalam pemerasan atau pelecehan emosional.
• Agresif
Tidak semua individu dengan ASPD menunjukkan agresivitas fisik, namun mereka biasanya sangat mudah tersinggung dan memiliki perilaku yang cenderung agresif.
Ini bisa berupa agresi verbal atau bentuk pelecehan emosional yang sering terjadi dalam interaksi mereka.
• Impulsif
Salah satu ciri penting dari ASPD adalah perilaku impulsif. Seseorang dengan gangguan ini sering bertindak tanpa mempertimbangkan akibat dari tindakannya.
Ini termasuk perilaku berisiko, seperti kecelakaan atau bahaya yang mengancam keselamatan diri dan orang lain.
Mereka juga lebih rentan terhadap masalah penggunaan narkoba dan bisa mengalami kecelakaan lebih sering daripada orang yang tidak mengidap gangguan ini.
• Tidak Memiliki Rasa Penyesalan
Salah satu karakteristik utama dari ASPD adalah ketidakmampuan merasakan penyesalan atas tindakan yang merugikan orang lain.
Mereka tidak merasa bersalah atas kebohongan yang dilakukan atau hak orang lain yang dilanggar.
Bahkan, mereka mungkin berusaha untuk merasionalisasi atau membenarkan perbuatan buruk mereka.
• Kaitannya dengan Preferensi Makanan Pahit
Penelitian dari University of Innsbruck menemukan hubungan antara preferensi rasa pahit dengan kecenderungan perilaku sadis. Orang dengan kecenderungan psikopat, misalnya, lebih menyukai makanan pahit seperti kopi, bir, atau air tonic.
Temuan ini menunjukkan adanya korelasi antara selera pahit dan sifat-sifat kejam, seperti sadisme.
Para peneliti mencatat bahwa orang yang lebih sensitif terhadap rasa pahit (supertasters) cenderung memiliki emosi yang lebih tinggi.
Penelitian ini juga melibatkan tikus dan ditemukan bahwa mereka yang lebih suka rasa pahit memiliki tingkat agresivitas yang lebih tinggi.
Sebaliknya, orang dengan sifat lebih ramah dan empati lebih cenderung menyukai makanan manis, seperti permen dan coklat.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]