Tak heran, banyak pengunjung yang menyebutnya sebagai wisata
pengundang cinta, pemikat asmara, dan sejenisnya. Pelet Marongge disebut-sebut sangat
manjur dan orang yang terkena bisa langsung klepek-klepek.
Baca Juga:
Warga Sumedang Makan Bersama di Jalan yang Baru Diperbaiki Setelah 10 Tahun Rusak
Terlepas dari benar tidaknya ihwal keampuhan pemikat ala
Marongge, namun yang jelas selalu ada pengunjung Marongge yang tertarik untuk
mendapatkan pelet tersebut.
Sebenarnya, cara mendapatkan pelet atau pemikat asmara
tersebut tidaklah mudah. Peminat wajib merendam tubuhnya di Sungai Cilutung
pada tengah malam yang dingin.
Sungai tersebut berjarak sekitar 400 meter dari lokasi makam
keramat, demikian disampaikan Kuncen Marongge H. Maman
Baca Juga:
Dukung Suksesnya Pilkada Tahun 2024, PLN UP3 Sumedang Pastikan Listrik Aman Dan Andal
"Ritual itu tak lebih dari tawasulan, yang nantinya
dibimbing kuncen Marongge," katanya.
Di ujung ritual, mereka diwajibkan melepaskan pakaian dalam
masing-masing, lalu menghanyutkannya di sungai itu, yang merupakan simbol buang
sial.
"Setelah melalui semua tahapan ritual, peserta bagai
memasuki kehidupan baru. Mereka yang ingin cepat dapat jodoh meyakini, bahwa
kecantikan atau kegantengan mereka telah bertambah. Percaya atau tidak, memang
seperti itulah yang terjadi," katanya.
Maman mengatakan, kekuatan pemikat ini bersumber dari ajian
si kukuk mudik. Ajian itu adalah peninggalan Mbah Gabug, perempuan cantik asli
asal Mataram.
Selain terdapat makam Mbah Gabug, di Marongge juga ada makam
Mbah Setayu, Mbah Naibah dan Mbah Naidah. Pada masanya, keempat dara itu
dikenal sangat cantik. Walau begitu, mereka suka melajang.
Mereka tergolong perempuan sakti. Faktanya, tak ada satu
pria pun yang bisa mengimbangi kesaktian tersebut, sehingga keempatnya
berstatus lajang hingga wafat. Kesaktian empat wanita ini berasal dari
selendang sakti Cindewulung.
Menurut cerita, Mbah Gabug pernah menghanyutkan buah kukuk
ke sungai, yang merupakan prosesi sayembara bagi kaum adam yang berniat
menikahi Mbah Gabug.
Tetapi, tak satu priapun yang sukses mendapatkan kukuk itu.
Bahkan, Mbah Gabug berhasil "memanggil" pulang buah jenis labu itu ke rumah,
dengan cara melawan arus sungai. Dari peristiwa itulah muncul istilah si kukuk
mudik.
Lokasi tujuan wisata ziarah ini terletak di jalan raya
Tolengas- Cijeungjing, yang berbatasan dengan Kecamatan Kadipaten, Majalengka,
juga cukup dekat dengan Bendungan Jatigede.
Dulu, lokasi wisata ini hanya ala kadarnya. Sekarang,
berbagai fasilitas Marongge sudah jauh lebih baik. Akses jalannya mulus dan
mudah dijangkau, dan sudah ada perbaikan serta sentuhan di sana sini, sehingga
membuat pengunjung betah tinggal berlama-lama. [qnt]