Terdapat dua jenis buah hanjeli, buah yang keras dan lunak. Buah keras biasanya tertanam secara liar di alam bebas. Nama varietas ini adalah Lacryma-jobi.Varietas tersebut memiliki biji dengan cangkang keras berwarna putih dan berbentuk oval.
Masih jarang petani yang membudidayakan varietas ini. Meski demikian, beberapa petani membudidayakannya untuk pembuatan kerajinan. Biji-biji keras dari varietas ini biasanya digunakan untuk manik-manik pada kalung.
Baca Juga:
Menperin Dukung Upaya Menteri Pertanian untuk Serap Susu Dalam Negeri
Sementara itu, beberapa petani membudidayakan jenis buah lunak. Jenis ini berasal dari varietas Mayuen. Sering kali buah dari jenis ini dikonsumsi sebagai bahan pangan. Hanjeli memiliki tekstur yang kenyal tetapi tidak lengket, berbeda dengan beras ketan yang lengket. Oleh karena itu, hanjeli berpotensi diolah menjadi alternatif makanan yang enak. Di Jawa Barat masyarakat biasa mengkonsumsinya sebagai bubur, tape, dodol, dan sebagainya.
Potensi lain dari pemanfaatan biji hanjeli adalah sebagai campuran beras atau digunakan sendiri sebagai nasi hanjeli, sebagai campuran makanan serealia lainnya, misalnya campuran havermut (oatmeal), bubur hanjeli peneman kolak dengan rasa manis seperti bubur kacang hijau. Difermentasi seperti tape ketan.
Selain sebagai sumber makanan pokok, hanjeli juga dapat digunakan sebagai obat. Hanjeli dipercaya berkhasiat sebagai peluruh air seni dan antitumor / antikanker. Zat aktif hanjeli yang bermanfaat sebagai obat adalah coixenolide.
Baca Juga:
Prabowo Tinjau Langsung Panen Padi di Merauke
Mengutip dari Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian, Selasa (31/1/2023), berikut tahapan budidaya hanjeli.
Syarat tumbuh
Tanaman jeli akan tumbuh dengan baik pada ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut. Tanah yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman ini yaitu tanah lempung berpasir atau tanah liat dengan pH 4,3 sampai 7,3.