"Demi keselamatan Angkatan Darat dan Angkatan Bersenjata pada umumnya, pada waktu tengah malam hari Kamis tanggal 30 September 1965 di Ibukota Republik Indonesia Jakarta, telah dilangsungkan gerakan pembersihan terhadap anggota-anggota apa yang menamakan dirinya "Dewan Jenderal" yang telah merencanakan cup menjelang Hari Angkatan Bersenjata 5 Oktober 1965," kata Untung dalam pengumumannya melalui RRI Jakarta.
Siapa Untung dalam G30S PKI sebenarnya?
Baca Juga:
Tak Terima Dipecat, Untung Gugat Buwas ke PTUN
Melalui penelusuran jejak masa kecil Untung di desa kelahirannya yakni Desa Sruni, Kedung Bajul, Kebumen, Jawa Tengah, Letkol Untung Syamsuri lahir di Desa Sruni, Kedung Bajul, Kebumen, Jawa Tengah pada 3 Juli 1926 dengan nama kecil Kusmindar alias Kusman. Mbah Sadeli (85), warga RT 01/ RW 02, Dusun Kedung Bajul, Desa Bojongsari, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen menceritakan masa kecil Untung alias Kusmindar
Orang tua Untung berpisah saat dirinya berusia 10 tahun. Untung kecil lalu pindah ke Solo dan diasuh oleh adik ayahnya, Samsuri yang tak punya anak. Karena itu, dirinya lebih dikenal sebagai Untung bin Samsuri.
Pada 1943, saat Untung berusia 18 tahun, dia mendaftar organisasi militer di masa pendudukan Jepang, Heiho. Dua tahun kemudian, Untun bergabung dengan Batalyon Sudigdo yang bermarkas di Wonogiri, Jawa Tengah.
Baca Juga:
Kilas Balik, Isu Dewan Jenderal Kudeta Presiden Soekarno Pemicu G30S PKI
Pada 1947 Batalyon Sudigdo yang berada di bawah Divisi Panembahan Senopati berhasil ditarik menjadi pendukung Partai Komunis Indonesia (PKI). Bersama anggota Batalyon Sudigdo dan prajurit TNI saat itu, Untung mendapat pengetahuan tentang paham komunisme langsung dari elit PKI, Alimin. Hal ini menjadikan Panglima Besar TNI Jenderal Soedirman khawatir.
Jenderal Soedirman pun memerintahkan Letkol Soeharto untuk meyakinkan sejumlah prajurit Divisi Panembahan Senopati agar tidak ikut paham komunis. Namun, Untung dan sejumlah prajurit dari Divisi Panembahan Senopati gagal dibujuk. Pada 18 September 1948, PKI melakukan pemberontakan di Madiun, Jawa Timur.
Untung dan sejumlah prajurit dari Divisi Panembahan Senopati tak mendapat hukuman atas pemberontakan tersebut. Bahkan Untung kemudian masuk TNI melalui Akademi Militer di Semarang. Di sinilah nama Kusmindar alias Kusman berganti menjadi Untung.