Tokoh utama Darta diperankan Ario Bayu digambarkan sebagai pemuda miskin yang cintanya ditolak lantaran tidak sekelas dengan keluarga sang pujaan hati, Sinta, yang dimainkan Juliet Widyasari Burnett.
Tekanan hidup dan rasa putus asa mendorong Darta melakukan perjanjian gelap dengan Raja Monyet demi mendapatkan kekayaan yang selama ini tidak pernah ia miliki.
Baca Juga:
Film No Other Choice Tunjukkan Bahaya Alasan Pembenaran di Dunia Kerja dan Hidup Modern
Namun, keputusan itu justru menjerumuskannya ke dalam kutukan kelam yang membayangi istri dan anaknya selama hidup mereka.
Melalui alur tersebut, film ini menyampaikan refleksi tentang ambisi manusia, konsekuensi keserakahan, serta batas moral ketika seseorang mencoba menantang nasib.
Secara teknis, ‘Samsara’ menuai banyak pujian. Sinematografi karya Batara Goempar disebut mampu merangkum keindahan sekaligus kegelapan narasi, sementara komposisi musik Wayan Sudirana dan Kasimyn mempertebal atmosfer mistis film.
Baca Juga:
MD Pictures Hadirkan “Si Paling Aktor”: Lucu, Tegang, dan Penuh Makna
Tanpa dialog, Garin mengandalkan kekuatan ekspresi, gerakan tubuh, dan detail visual untuk membangun emosi mengingatkan pada tradisi film era awal namun dengan sentuhan modern.
Prestasi ‘Samsara’ pun tidak sedikit. Film ini meraih berbagai penghargaan sebelum masuk bioskop nasional, termasuk kemenangan di Asia Pacific Screen Awards 2025 untuk kategori Best Film, Best Director (Garin Nugroho), dan Penata Kamera (Batara Goempar).
Di kancah domestik, ‘Samsara’ memborong empat Piala Citra FFI 2024, di antaranya Sutradara Terbaik dan Sinematografi Terbaik.