WahanaNews.co | Menjadi seorang abdi negara di kesatuan militer adalah impian
sebagian besar pemuda di Tanah
Air. Banyak di antara mereka yang antusias mengikuti serangkaian tes ketat.
Lain
halnya dengan Jovan Zachary. Pria asal
Surabaya ini mengaku tak sengaja masuk sebagai Tentara Angkatan Laut Amerika.
Meski cara bicaranya dalam ber-"Inggris" masih
terbata, ternyata ia mampu membuktikan kemampuannya.
Baca Juga:
USS Nimitz Tiba-tiba Hilang Sinyal di Perairan RI, Ini Respons TNI AL
Usai
merantau sendirian ke Los Angeles
(LA), Amerika Serikat, ia menerima
ajakan untuk menjadi tentara di sana. Penasaran dengan perjalanan Jovan bisa
jadi tentara di Amerika? Berikut kisahnya.
Awal Kenal Amerika
Baca Juga:
Dunia di Ujung Perang Besar: Jika AS Terseret Konflik Israel-Iran, China dan Rusia Tak Akan Diam
Dilansir
dari channel YouTube Jovan Zachary,
dia mengungkapkan kisah perjalanan hidupnya. Pertama kali mengenal Amerika,
karena orang tuanya yang tinggal sekitar lima tahun di sana.
"Banyak
yang tanya, gimana sih kehidupan tentara, kesehariannya ngapain aja. Singkat
cerita, perjalanan menjadi tentara. Jadi,
saya lahir di Amerika. Papa-Mama
saya dulu tinggal di sini lima tahun," kata Jovan, seperti dikutip cari channel YouTube Jovan Zachary.
Balik ke Surabaya Jadi "Medok"
Ciri
khas bicara Jovan begitu kentara tipikal orang Jawa. Sejak kecil, ia sudah tinggal di Surabaya, setelah kepulangan orangtuanya dari Amerika.
"Terus, ketika saya umur hampir setahun, akhirnya saya dibawa
pulang ke Surabaya. Makane ngomonge medok
gini (makanya ngomong nggak lancar ini). Aku yo bingung, ameh ngomong Indo
medok, ngomong Inggris yo gak lancar
makanya ngomong nggak lancar gini (saya juga bingung, mau ngomong Indonesia
nggak lancar, Inggris juga nggak lancar)," ujar Jovan, malu-malu.
Sendirian di Amerika
Setelah
beranjak dewasa, Jovan memutuskan untuk merantau ke Amerika, sesuai
keinginan orangtuanya.
Meski
sempat mengalami kendala, tapi semangatnya untuk memenuhi amanah orangtua tidak
pernah pudar.
"Semua
keluargaku di Surabaya, jadi saya sendirian merantau. Kosek ini aku iki ngomonge ambek baca ini, soale ora lancar, ndadak
menyesuaikan (sebentar ini aku ngomongnya sambil baca, karena tidak lancar,
harus menyesuaikan)," papar Jovan,
terbata-bata.
"Tahun
lalu, bulan Juli, rundingan sama Papa-Mama. Ada masalah di imigrasi, terus Puji Tuhan, dua bulan kemudian bisa berangkat. Pertama kalinya
pergi jauh sendirian," ceritanya.
Takut Sendirian di LA
Awalnya,
Jovan berkeinginan hidup seperti orang biasa, bisa melanjutkan sekolah ke
jenjang kuliah dan bekerja.
Sebagai
permulaan,
dan niat belajar lebih soal bahasa Inggris, akhirnya ia memutuskan untuk jadi
pelayan di sebuah rumah
makan.
"Sampai di LA, wes
aneh, takut. Soale dari Surabaya
ke Amerika beda jauh. Kayak excited, opo sing tak lakone (apa yang harus aku
lakukan) selanjutnya. Pengen hidup biasa, sekolah, ambek kerja. Karena
Inggrisku nggak lancar, aku kerjo ndisik
ning (kerja dulu di) restoran," ucap Jovan.
Diajak Daftar Tentara
Tiba-tiba,
muncul sebuah ajakan hangat
dari teman ayahnya. Ia menawarkan untuk menjadi tentara. Tentu saja Jovan
menolak, sebab takut.
"Enek anake temene papaku (ada temennya
papa). De'e nganu ngajak aku dadi tentara
(dia mengajak jadi tentara). Nggak gelem
(mau) lah jadi tentara. Terus kok lama-lama ditawari terus, lama-lama jadi
kepingin, banyak benefite
(manfaatnya)," papar Jovan.
Seiring
dipikirkan lebih matang, ternyata menjadi tentara terasa menguntungkan bagi
Jovan. Hingga,
ia pun memberanikan diri menuju ke San Fransisco untuk
melakukan wawancara dan tes.
"Pertama,
dapat asuransi, nek nggak salah
seumur hidup. Kedua, sekolah dibiayai pemerintah. Terus akhire aku mutusno masuk
tentara, bulan depannya saya mutusno
pergi ke San Fransisco nemuin anaknya temene
papa," jelasnya.
Takut karena "Medok"
Rasa
takut menyelimuti Jovan saat mengikuti serangkaian tes masuk Tentara Angkatan
Laut Amerika atauUnited States Navy, disingkat USN.
Tak
disangka, ia merasa berkah Tuhan tengah menghampiri. Dia bisa mengikuti training selama dua bulan, sebagai tes
selanjutnya.
"Prosesnya
panjang banget. Ngomongku nggak lancar, jadi rada takut juga masuk tentara.
Terus habis itu, setelah tes terakhir, saya diterima buat training selama dua bulan," ucap Jovan.
Minta Restu Orangtua
Selama
empat bulan sebelum waktu training,
para peserta diberi waktu libur. Jovan menyempatkan diri kembali ke Surabaya
untuk memohon doa restu keluarga dan teman-temannya.
"Setelah
itu, saya pulang ke Indo dulu, minta doa restu sama pamitan sama keluarga, sama
teman-teman. Kirain masuk tentara nanti nggak
bisa bebas," kata Jovan.
Kuliah Sekaligus Jadi Tentara
Kini, Jovan tengah merangkak menyusun kesuksesannya.
Sembari mengenyam pendidikan di kampus, ia juga ikut pelatihan militer.
Sayangnya, selama di lokasi, ia tidak bisa banyak mengabadikan
momen latihan, karena dilarang.
"Setelah
liburan, pamitan semua, balik lagi ke sini, stres lagi. Saya training dua bulan stresnya minta ampun.
Untungnya saya lulus, Puji Tuhan. Sekarang saya sekolah untuk education, sekolah untuk mesin
kapal," paparnya,
sembari mengeluh memegangi kepala. [qnt]