Ia menjelaskan, perayaan hari raya Natal pada 25 Desember berawal dari tradisi masa Kekaisaran Romawi di negara barat yang menandai pergantian musim.
Maka tidak heran, jika banyak pengaruh budaya barat pada pernak pernik perayaan Hari Raya Natal.
Baca Juga:
Berlakukan Sanksi, 3 Negara Ini Terang-terangan Larang Perayaan Natal
“Tradisi Natal 25 Desember, menurut sejarahnya berawal dari tradisi Kekaisaran Romawi (sebelum Kekristenan) yang menandai sebagai pergantian musim baru,” terangnya kepada Kompas.com.
Ia melanjutkan perayaan Hari Raya Natal setiap 25 Desember seperti sekarang ini baru muncul pada abad ke-2 dan ke-3 masehi.
Sebab, pada awal berdirinya gereja, umat Kristiani fokus pada perayaan Hari Paskah yang merupakan peringatan Kebangkitan Yesus Kristus dari kematian.
Baca Juga:
Natal Berlangsung Khidmat, Suasana Kalimantan Timur Aman dan Lancar
“Pada awal berdirinya gereja, pemimpin serta jemaat saat itu lebih menaruh perhatian pada perayaan Kebangkitan Yesus dalam hari raya Paskah,” imbuhnya.
Mengutip dari laman Reader’s Digest, seorang ilmuwan dari University of Cambridge’s Hamilton Kerr Institute bernama Spike Bucklow pernah meneliti topik ini.
“Seseorang dapat melacak akar dari warna ini selama berabad-abad, ke masa ketika warna itu sendiri memiliki makna simbolis,” ujarnya dikutip dari Reader’s Digest.